REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memerkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3 persen hingga 5,7 persen pada 2019, di mana saat itu manfaat ekonomi dari reformasi struktural yang saat ini sedang berjalan, akan terasa signifikan.
"2019, tahun di mana pengaruh dari produktivitas investasi dan infrastruktur akan sangat menggeliat. Akselerasi pertumbuhan akan lebih cepat," kata Perry dalam seminar "Synergy on the VUCA World, Maintaining the Resilience Momentum of Economic Growth," di Jakarta, Kamis (24/8).
Perry mengatakan saat ini memang perekonomian domestik masih berproses untuk pulih. Namun, proses pemulihannya semakin cepat, dan dibarengi dengan stabilitas yang terjaga. Buktinya, laju inflasi hingga Agustus 2-18 terjaga di bawah empat persen, dan defisit neraca transaksi berjalan masih terkendali.
Menurutnya, jika sinergi bauran kebijakan moneter, dan fiskal terus dibarengi dengan konsistensi reformasi struktural perekonomian dari pemerintah, maka laju pertumbuhan ekonomi setelah 2019 akan melaju kencang.
"Pada 2019 bisa 5,3-5,7 persen dan enam persen dalam beberapa tahun ke depan setelahnya," kata dia.
Selain reformasi struktural, Perry juga mengatakan, Indonesia juga perlu meningkatkan ketahanan makroprudensial. "Perlu untuk mampu menjaga stabiltas ekonomi termasuk di dalamnya aliran finansial. Beberapa tahun lalu krisis global timbul karena kelebihan pembiayaan, kelebihan kredit, dan lainnya," ujarnya.
Dalam seminar itu, selain mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, Perry menyoroti daya imunitas ketahanan ekonomi nasional dari gejolak eksternal.
Terdapat dua aspek untuk memperkuat ketahanan ekonomi domestik dari gejolak eksternal. Pertama (First Line of Defense), memperkuat fundamental perekonomian, dengan terus memelihara stabilitas makro ekonomi.
Aspek kedua (Second Line of Defense), adalah meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara negara mitra baik secara bilateral, regional, maupun global."Tidak bisa satu lapis untuk menjaga ketahanan ekonomi, tapi harus berbagai lapisan karena globalisasi ekonomi memberikan banyak tantagan," ujarnya.