Jumat 18 Aug 2017 15:22 WIB

Pemerintah Harap Bisa Kembalikan Kejayaan Rempah Indonesia

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/ Red: Qommarria Rostanti
Rempah-rempah
Foto: Tahta Aidilla/Republika.
Rempah-rempah

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Presiden Joko Widodo berharap Indonesia mampu mengembalikan kejayaan masa lalu ketika masih menjadi pusat rempah-rempah dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, saat pelepasan ekspor bawang merah di Brebes, Jawa Tengah, hari ini.

"Ke depan mimpi kita yang disampaikan oleh bapak presiden, untuk mengembalikan kejayaan 500 tahun yang lalu. Tahun 1500 Eropa datang ke Indonesia karena rempah-rempah. Dan ada slogan siapa yang menguasai rempah - rempah itu menguasai dunia," ujar Amran kepada wartawan, Jumat (18/8).

Kegiatan pelepasan ekspor bawang merah ini juga dihadiri oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen (TNI), Tatang Sulaiman, Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Condro Kirono, Bupati Brebes, Idza Priyanti, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, Deputi Bidang Pertanian Menko Perekonomian, Muzdalifah, dan Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono.

Amran menyebut bahwa lada Indonesia menduduki peringkat 1 dunia. Sedangkan untuk kopi mendudiki peringkat 4. "Vietnam yang dulu murid kita, sekarang jadi urutan ke 2. Setelah Brazil, Vietnam, Kolombia, baru Indonesia," kata dia.

Pemerintah, ujar Amran, mengalokasikan anggaran Rp 5,5 triliun untuk membeli bibit lada dan bibit hortikultura perkebunan. Dengan harapan dapat mengangkat rempah-rempah kembali berjaya.

Selain itu, ke depan pemerintah berharap bagaimana air yang jatuh di bumi Indonesia, bisa dimanfaatkan jadi karbohidrat protein. Jangan disia-siakan hanya untuk mengalir ke laut. Amran memberi contoh negara Jerman. Yang melakukan daur ulang air hujan 40 kali baru dibuang ke laut. "Sehingga kita ingin membangun puluhan ribu embung. Dan produktivitas terus berkembang," kata Amran.

Terkait masalah kesejahteraan petani, pemerintah berusaha meningkatkan kesejahteraannya dengan menekan biaya produksi. Cara menekan biaya produksi yaitu dengan mekanisasi. Amran memberi contoh untuk padi, pemerintah memberikan combine havester. Sebelumnya seharga Rp 2 juta. Sekarang turun menjadi Rp 1 juta. Kedua, panen, sebelumnya ada losis (kehilangan panen) 10,2 persen. "Dengan adanya alat, yang 10 persen bisa kita rebut. Kemudian biaya ngolah juga bisa ditekan 50 perse," kata dia.

Kemudian produktivitas, yang tadinya 7 hingga 8 ton per hektare menjadi 10 sampai 12 ton per hektare. Terakhir harus memberikan HPP yang bagus untuk petani. "Intinya petani untung ," ujar Amran.

Saat ini pemerintah sudah berhasil melakukan swasembada beras, jagung dan bawang merah. Ke depan, pemerintah menargetkan untuk swasembada kedelai dan bawanh putih.

Menurut Amran, dalam sambutannya di Brebes, untuk bawang putih cukup diselesaikan pejabat selevel direktur. Pasalnya, luas lahan yang dibutuhkan hanya 60 ribu hektare. Sedangkan untuk padi dan jagung yang sudah berhasil, membutuhkan lahan 21 juta hektar. "Tidak perlu dirjen, karena sudah menyelesaikan yang lain. Saya minta Juli tahun depan swasembada bawang putih," ujar Amran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement