REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi Cigna (Cigna Indonesia) meluncurkan Cigna Premium Health Protection. Produk tersebut digadang-gadang menjadi solusi perlindungan kesehatan non-tunai komprehensif dengan akses perawatan hingga ke luar negeri.
Perlindungan kesehatan inovatif ini didesain untuk memberikan berbagai manfaat medis bagi masyarakat Indonesia kelas menengah ke atas dengan premi terjangkau. Direktur Cigna Indonesia Herlin Sutanto mengatakan produk tersebut berbeda dengan produk asuransi kesehatan lainnya.
Cigna Premium Health Protection, kata dia, memberikan perlindungan kesehatan menyeluruh bagi nasabah. Perlindungan yang diberikan berupa pencegahan, manfaat rawat jalan mencakup konsultasi medis dan pemeriksaan diagnostik, manfaat rawat inap termasuk ICU dan pembedahan, hingga pemulihan dengan manfaat pasca rawat inap termasuk obat-obatan.
Lebih dari itu, produk tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas non-tunai di lebih dari 800 rumah sakit rekanan di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand. Dengan begitu, nasabah akan mendapatkan kenyamanan dalam menentukan pilihan fasilitas perawatan kesehatan sesuai kebutuhan dan preferensi mereka.
Herlin berujar, masyarakat semakin terbuka terhadap asuransi kesehatan. Sejalan dengan itu, kebutuhan perlindungan masyarakat pun terus berkembang. "Riset pelanggan kami menunjukkan bahwa nasabah menginginkan perlindungan kesehatan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan perawatan kesehatan sekaligus menjembatani kesenjangan proteksi mereka,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/7).
Survei skor kesejahteraan yang dirilis Cigna tahun ini menunjukkan adanya kesenjangan perlindungan kesehatan meski banyak masyarakat telah memiliki asuransi dari perusahaan. Survei dilakukan terhadap lebih dari 1.000 responden di seluruh Indonesia. Hasilnya menunjukkan, meski 65 persen responden beranggapan biaya konsultasi dokter umum seharusnya ditanggung perusahaan, nyatanya hanya 47 persen yang memiliki manfaat tersebut.
Kesenjangan serupa juga terdapat pada konsultasi dokter spesialis dan biaya pemeriksaan kesehatan. Akibatnya, 25 persen masyarakat memilih untuk tidak memeriksakan kesehatannya dalam satu tahun belakangan.