Senin 03 Jul 2017 16:10 WIB

Pertanian Indonesia Masuk Peringkat 25 Besar Dunia

Petani memanen buah tomat di lahan pertaniannya di Kampung Pasir Pogor, Desa Sukarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (16/5).
Foto: Mahmud Muhyidin
Petani memanen buah tomat di lahan pertaniannya di Kampung Pasir Pogor, Desa Sukarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset dan analisis ekonomi internasional berpusat di Inggris, The Economist Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation merilis indek keberlanjutan pangan atau Food Sustainability Index (FSI) pada Desember 2016 di situs resminya http://foodsustainability.eiu.com/country-ranking/.  Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 25 besar negara yang diteliti dengan pertimbangan dua per tiga penduduk di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen total Produk Domestik Bruto (PDB) Dunia.

Riset  FSI disusun dari 58 indiaktor mencakup empat aspek yakni: secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan atau susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).

Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India. Untuk sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (skor 53,87) setelah Argentina serta berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India. Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.

Sementara itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia bertengger di peringkat 24 (skor 32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Pada aspek ini Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss).

Selanjutnya aspek nutritional challeges, Indonesia masuk peringkat 18 (skor 56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India. Pada kategori ini Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.

Hasil FSI 2017 ini sangat menggembirakan karena Indonesia termasuk 25 negara besar, sebagai satu-satunya negara ASEAN yang disurvei serta hasilnya mengalahkan negara besar lainnya”. Ini prestasi luar biasa di bidang pertanian pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sebelumnya Juni 2016 lembaga riset EIU juga merilis bahwa Indonesia peringkat 71 dari 133 negara dengan peningkatan terbesar di dunia dengan skor 2,7 pada Global Food Security Index (GFSI)

Sementara itu, Peneliti senior INDEF Sugiyono, mengapresiasi hasil riset EIU. Faktanya memang pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini banyak terobosan dan hasilnya menakjubkan.  “Ini bisa dilihat kasat mata pada saat Ramadhan dan Idul Fitri kemarin pasokan melimpah dan harga stabil, dulu-dulu setiap hari raya lebaran harga pangan bergolak,” ujarnya melalui siaran pers Senin (3/7).  

Lebih lanjut Sugiyono menyatakan prestasi selanjutnya dapat dilihat data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian pada Triwulan-I 2017 tumbuh pesat 15,59 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (Q to Q) dan tumbuh terbesar dari sektor lainnya.  Pertumbuhan ini terutama ditopang dari subsektor tanaman pangan yang naik 92,77 persen. 

PDB sektor pertanian triwulan-I tahun 2017 ini naik 7,12 persen dibandingkan triwulan yang sama 2016 (Y to Y), melebihi kenaikan PDB industri pengolahan 4,21 persen maupun PDB total Indonesia 5,01 persen.

Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,59 persen, peringkat terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan 20,48 persen.  Untuk diketahui produk hasil pertanian juga memberi andil besar pada sektor industri pengolahan ini, misal industri makanan dan minuman berkontribusi 5,92 persen.

Pada tempat terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga menyambut baik atas hasil riset EIU ini.  Atas arahan presiden dan berkat kerja keras semua pihak, kini terbukti sudah membuahkan hasil.  “Selanjutnya dengan dukungan semua pihak dan doa kita semua, Saya berharap pada satu dua tahun ke depan, Indonesia sudah menjadi 10 negara terbesar dunia di bidang pangan,” ujar Amran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement