Jumat 30 Jun 2017 18:23 WIB

Setelah Libur Lebaran, Aktivitas di Bursa Saham Diperkirakan Sepi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Pekerja melintas didekat layar pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/6).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melintas didekat layar pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Libur lebaran segera berakhir, aktivitas di bursa saham pun akan kembali dibuka, pada Senin, (3/7). Hanya saja berdasarkan pengalaman, pengamat memperkirakan setelah libur lebaran aktivitas trading saham masih sepi.

"Sampai satu minggu setelah aktif, baru kembali normal," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Republika.co.id, Jumat, (30/6). Ia memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pascaliburan nanti akan berada di level 5.815 sampai 5.840.

Menurutnya, angka itu dipengaruhi oleh investor yang tengah menunggu rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 dan tingkat inflasi Juni. Dua indikator tersebut, kata Bhima, akan mencerminkan permintaan riil terhadap perusahaan.

Sementara harga minyak yang menguat dalam tiga hari terakhir, katanya, juga bakal memengaruhi penguatan saham secara kumulatif. "Faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang direvisi dari target yakni hanya tumbuh 1,4 persen di triwulan pertama 2017," kata Bhima.

Ekonom SKHA Institute for global Competitiveness Eric Sugandi menambahkan, kondisi IHSG setelah lebaran tetap tergantung pada reaksi pasar AS dan Asia terhadap rilis data milik AS, meliputi data personal income, personal spending, serta  personal consumption expenditure (pce) deflator. Ia menjelaskan, pce deflator digunakan untuk mengukur inflasi.

"Jika personal spending, income, dan pce deflator tumbuh lebih baik dari ekspektasi pelaku pasar global artinya pertumbuhan ekonomi AS baik, maka reaksi bursa global dan Asia bisa positif," kata Eric. Dengan begitu bisa membantu mendorong IHSG.

Sebaliknya, kata Eric, bila datanya lebih lemah dari ekspektasi, maka bursa global dan Asia dapat tertekan. "Kalau dilihat, IHSG sebelum lebaran berada pada posisi menguat beberapa hari, sehingga ada risiko koreksi karena profit taking," ujarnya. Menurut Eric, saat ini tinggal menunggu dampak kombinasi berita di AS serta kemungkinan aksi profit taking di Bursa Saham Indonesia (BEI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement