REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar Ekonomi yang juga mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli, khawatir kebijakan redenominasi hanya menjadi proyekan Bank Indonesia. Karena, dilihat dari sisi manfaatnya sangat kecil tapi membutuhkan biaya yang besar.
"Saya khawatir ini hanya proyek-proyekan dari BI karena manfaatnya sangat kecil tapi biaya besar. Biaya mencetak uang baru dan sebagainya," ujar Rizal usai menjadi Pembicara pada Seminar Nasional dengan Tema Mengendalikan Kejayaan Ekonomi Rakyat yang digelar oleh Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung (Unisba), Jumat (2/6).
Menurut Rizal, selain membutuhkan biaya kebijakan tersebut kalau diterapkan nilai uang akan dikecilkan sehingga harga barang di bawah akan naik. "Jadi nantinya kalau diterapkan ini inflasi. Karena kan kalau Rp 1.000 jadi dibuat Rp 1, harga yang tadinya Rp 100 bisa menjadi naik lagi," katanya.
Selain itu, kata dia, Bank Indonesia juga baru mengeluarkan cetakan baru. Sebesar Rp 100 ribu, Rp 50 ribu dan lain-lain. "Masa harus ngeluarin uang lagi jadi, ini hanya proyek-proyekan yang di undur karena awalnya tak ada yang setuju," katanya.
Seharusnya, kata di, BI fokus mendorong pada kredit ke penguasaha kecil dan menengah. Lebih bagus, BI mencari kebijakan untuk mencari cara moneter yang efektif. "Dari pada mroyek, mending buat kebijakan moneter yang efektif," katanya.
Bank Indonesia mewacanakan akan melaksanakan kebijajan redenominasi atau penyederhanaan mata uang rupiah. Karena, menganggap Indonesia sudah saatnya menerapkan kebijakan tersebut. Yakni, melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2017 mencapai 5,01 persen. Bahkan, sudah ada rancangan undang-undang redenominasi mata uang ke dalam Prolegnas 2017.