Selasa 23 May 2017 03:51 WIB

Migrasi dari Premium ke Pertalite di Pulau Jawa Menginjak Angka 60 Persen

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Antrean warga untuk mengisi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar umum (SPBU), Jakarta, Rabu (18/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Antrean warga untuk mengisi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar umum (SPBU), Jakarta, Rabu (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) tetap optimis bahwa migrasi penggunaan bahan bakar Premium ke Pertalite akan tetap terlaksana. Direktur Pemasaran Pertamina, Muchammad Iskandar mengatakan penggunaan Pertalite sudah sampai 60 persen di Pulau Jawa.

Iskandar mengatakan hal ini ditunjukkan dari konsumsi Premium yang stagnan pada tahun ini. Ia mengatakan, pertumbuhan konsumsi Premium tak melonjak seperti tahun tahun sebelum ada BBM jenis Pertalite.

Ia menjelaskan, kenaikan konsumsi Premium meski mengalami pertumbuhan namun secara perlahan. Meski tak bisa mengatakan secara rigid, namun Iskandar mengatakan untuk gambaran pada bulan Idul Fitri saja, kenaikan konsumsi Premium tak lebih dari 10 persen.

"Tapi bukan stagnan sama sekali, tapi pelan pelan tumbuhnya. Tumbuhnya enggak kayak tahun lalu. Loncat gitu. Premium sama Pertalite gapnya 800 selisihnya. Paling enggak 1.000. tapi kan larinya Pertamaxnya banyak lari ke Pertalite," ujar Iskandar di Kantor Pusat Pertamina, Senin (22/5).

Iskandar mengatakan Pertamina masih optimistis bahwa tetap akan ada migrasi jenis bahan bakar di masyarakat. Ia menjelaskan posisi saat ini di Pulau Jawa konsumsi antara Premium dan Pertalite mencapai porsi 60:40. Sedangkan di luar Jawa masih 50:50 karena pihak Pertamina masih menyiapkan infrastruktur.

Saat ini ia mengatakan Pertamina masih menyiapkan beberapa terminal di luar Jawa seperti di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedangkan daerah seperti Sumatra dan Pulau Jawa Bali semua terminal SPBU sudah dilengkapi untuk berbagai jenis bahan bakar.

"Harapan kita sih bisa 62,5:37,5. Premiumnya ya 37,5. Sekarang kan Pertalite sama Premium kan sudah hampir 50:50 kan. Tapi di Jawa sudah di bawah 40 persen," ujar Iskandar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement