REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong industri dalam negeri agar terus melakukan inovasi, utamanya dalam penggunaan sistem teknologi informasi yang dapat membantu meningkatan daya saing industri. Hal ini demi mempersiapkan industri dalam negeri menghadapi revolusi industri keempat atau yang dikenal dengan istilah Industri 4.0.
"Inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien dan efektif merupakan bagian dari penerapan industri 4.0," ujar Airlangga dalam Seminar Nasional Implementasi Industri 4.0 di Jakarta, Selasa (18/4).
Inovasi yang dapat diterapkan, kata dia, misalnya penerapan Information Communication Technology (ICT) di sektor industri yang memanfaatkan sistem online persetujuan dokumen untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan. Teknologi tersebut dapat membantu industri menghemat penggunaan waktu dan biaya sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif.
Selain itu, Kemenperin juga mendorong penerapan Flexible Manufacturing System. Sistem ini mengkolaborasikan tenaga kerja dengan proses mechanical engineering. Hal itu misalnya, industri makanan dan minuman menggunakan mesin dalam proses pengolahan produk. Namun, untuk proses pengemasan produk masih dikerjakan tenaga kerja.
Apabila inovasi-inovasi tersebut diterapkan, Menperin meyakini sektor industri mampu membantu Indonesia meningkatkan posisi daya saingnya dari urutan ke-41 menjadi urutan ke-39 dunia dari 138 negara yang tercatat pada Global Competitiveness Report tahun 2016-2017.
Istilah Revolusi Industri Keempat pertama kali muncul di Jerman pada 2011. Dalam pertemuan World Economic Forum 2015, Kanselir Jerman Angela Merkel, menjelaskan Industri 4.0 mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri. Pabrik-pabrik di kawasan industri dapat menjalankan aktivitas industri tanpa melibatkan manusia. Internet menjadi penopang utama semua proses produksi tersebut.