Jumat 07 Apr 2017 21:33 WIB

Produk Rajut Asal Bandung Tembus Pasar Afrika

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Merajut (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Merajut (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sentra rajut asal Binong Jati, Bandung berhasil menembus pasar ekspor hingga ke Nigeria. Saat ini, ada sekitar 300 industri rumahan di Binong Jati yang mampu memproduksi sweater rajutan lebih dari 980 ribu lusin setiap tahun. Satu sweater rata-rata dijual dengan kisaran harga Rp 40-100 ribu per potong.

"Produk rajutan dari Binong Jati sudah diekspor ke Malaysia, Brunei, Singapura, sampai Nigeria," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meninjau sentra Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut, Jumat (7/4). Ia didampingi Dirjen IKM Gati Wibawaningsih dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Sentra industri rajut Binong Jati telah berdiri sejak tahun 1960-an dan mampu menyerap 2.000 tenaga kerja. Kemenperin memperkirakan nilai total investasi di sentra rajut tersebut mencapai Rp 31 miliar.

Saat melakukan kunjungan tersebut, Airlangga sekaligus mensosialisasikan program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) IKM serta fasilitasi pembiayaan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada para pengusaha. Selain itu, iamendorong mereka memanfaatkan e-Smart IKM untuk memperluas akses pasar.

Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menambahkan, pihaknya telah menyalurkan dana sebesar Rp 4,6 miliar untuk revitalisasi sentra IKM di Kota Bandung pada 2016. Selain itu, menurutnya, Kemenperin juga telah menggelontorkan anggaran sebanyak Rp 6,14 miliar selama periode 2014-2016 untuk bantuan pengadaan mesin dan peralatan produksi yang dibutuhkan IKM. Gati berharap fasilitas-fasilitas tersebut dapat meningkatkan produksi dan daya saing industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement