Rabu 29 Mar 2017 13:36 WIB

Lelang SUN Serap Rp 18,65 Triliun

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam lelang surat utang negara (SUN) pada hari Senin (27/3), pemerintah menyerap Rp 18,65 triliun jauh di atas penyerapan sebelumnya sebesar Rp 11,35 triliun. Penyerapan tersebut di atas dari target indikatif sebesar Rp 15 triliun namun, di bawah target maksimal Rp 22,5 triliun. 

Dikutip dari Direktorat Jenderal Pengeloaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Rabu (29/3), total penawaran dari investor yang masuk mencapai Rp 33,95 triliun di atas lelang SUN sebelumnya yang mencapai 26,44 triliun. Dalam lelang kemarin, ada lima seri obligasi negara yang ditawarkan pemerintah.

Pertama, SPN03170629. Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 5,45 triliun dari penawaran sebesar Rp 8,98 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 4,997 persen dan imbalan diskonto. Efek tersebut akan jatuh tempo 29 Juni 2017.

Kedua, pemerintah memenangkan Rp 1,8 triliun dari lelang SPN12180301 dari penawaran yang masuk sebesar Rp 4,94 triliun, dengan yield rata-rata tertimbang 6,09 persen dan imbalan diskonto. Seri ini jatuh tempo 1 Maret 2018.

Ketiga, seri FR0059. Pemerintah menerima penawaran sebesar Rp 8,597 triliun dan menyerap Rp 3,50 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,086 persen dan kupon 7 persen.

Keempat, seri FR0074, pemerintah menyerap dana sebesar Rp 3,25 triliun dari penawaran sebesar Rp 5,69 dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,51 persen dan kupon 7,5 persen yang akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2032.

Kelima, seri FR0072, sebesar Rp 4,65 triliun berhasil dimenangkan dari penawaran yang masuk Rp 5,74 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,76 persen dan kupon 8,25 persen. Seri ini akan jatuh tempo pada 15 Mei 2036.

Menurut Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menjelaskan, beberapa minggu setelah sentimen pertemuan The Fed berakhir tergantikan oleh sentimen proposal pengajuan perubahan paket layanan kesehatan masyarakat AS dari pemerintah AS. 

Munculnya risiko ketidakpastian ialah belum adanya keputusan untuk penggantian tersebut, terutama setelah pemerintahan AS gagal mendapatkan dukungan kongres. Namun demikian, tampaknya kali ini tidak banyak berpengaruh pada peminatan lelang SUN.

"Dari sisi permintaan yield yang diminta tidaklah terlalu tinggi dibandingkan sebelumnya. Hal ini menandakan pelaku pasar dapat lebih tenang di tengah sentimen pemerintahan AS dengan kongres tersebut,"ujar Reza, Rabu (29/3).

Ia menilai, cukup stabilnya laju rupiah dapat memberikan sentimen positif di tengah minimnya sentimen saat lelang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement