Sabtu 25 Mar 2017 03:43 WIB

Sektor Pertanian Butuh Dukungan Pembiayaan Perbankan

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Budi Raharjo
Seorang petani membajak sawah dengan menggunakan traktor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Seorang petani membajak sawah dengan menggunakan traktor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,LIMA PULUH KOTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan dukungan pembiayaan sangat penting bagi pengembangan dan transformasi pertanian Indonesia. Pasalnya pangan dan pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia.

Pentingnya peran pangan dan pertanian dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, sumber devisa, bahan baku industri, serta pendorong bergeraknya sektor riil lain. "Dari sisi pertumbuhan, sektor pertania memiliki pangsa pasar terhadap perekonomian Indonesia terbesar kedua setelah sektor industri," ujar Darmin pada peluncuran program Akselerasi Sinergi Inklusi (AKSI) Pangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Sumatra Barat, Jumat, (24/3).

Hanya saja, kinerja tersebut dalam perekonomian Indonesia terus melambat. Pada 2014 laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,24 persen melambat pada 2016 menjadi 3,25 persen. Peranannya dalam perekonomian pun hanya sekitar 13 persen selama 2014-2016.

Meski begitu, secara umum tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pertanian dan maritim masih banyak. Sayangnya produktivitas sektor pertanian justru masih sangat rendah hanya 14,2 persen di 2016. "Maka perlu dikelola semakin baik dengan cara-cara yang lebih efisien. Jangan pernah mengira sedikit produksi petani yang hilang, yang buang, yang busuk," tegas Darmin.

Menurutnya, kendala sektor pertanian adalah penyimpanan hasil tani tidak memadai sehingga mudah busuk, bahkan sekitar 20 persen hasil panen padi sampai jadi beras terbuang saat proses. Maka berbagai kendala di sektor pertanian harus segera dibenahi termasuk keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Perbankan nasional pun berpotensi besar sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor pangan dan pertanian.

Ia menyebutkan, kredit sektor pertanian meningkat signifikan setiap tahun meski belum optimal. Pada 2014 perbankan menyalurkan kredit ke sektor pangan sebesar Rp 212,4 triliun atau 5,7 persen dari total kredit sebesar Rp 3.706 triliun. Pada April 2016 naik menjadi Rp 573,33 triliun atau 14,31 persen dari total kredit perbankan.

"Belum optimalnya dukungan perbankan untuk alokasi kredit ke sektor pangan dan pertanian merupakan tantangan bagi pemerintah," tutur Darmin. Maka, ia menambahkan, pemerintah terus mencari solusinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement