REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Harga cabai rawit merah mulai turun setelah selama tiga bulan lebih mahal dari daging sapi. Menurut Staf Usaha dan Pengembangan PD Pasar Induk Suminto, biasanya kenaikan harga cabai rawit merah hanya berlangsung 20 hari. Namun kali ini harga tinggi cabai rawit merah bertahan hingga tiga bulan.
Kendati demikian, harga cabai rawit merah di pasar khususnya pasar induk mulai mengalami penurunan. Suminto, mengakui harga cabai rawit merah tertinggi pada 4 Maret sebesar Rp 123 ribu per kilogram (kg), tetapi saat ini sudah mencapai Rp 68 ribu per kg. "Itu cabai rawit merah untuk jenis Muntilan dan Rembang," ujar dia di Jakarta, Senin (20/3).
Turunnya harga cabai dikarenakan meningkatnya pasokan ke pasar yang disebabkan turunnya harga di tingkat petani. Di sejumlah sentra produksi di pulau Jawa, seperti Magelang, Kediri, Sleman, dan Temanggung, harga cabai rawit merah tingkat petani turun hingga mencapai Rp 40 ribu per kg.
Meski telah mengalami penurunan, pihaknya tidak puas dengan harga tersebut yang dianggap belum realistis. Ia berharap harga cabai rawit merah bisa mencapai Rp 25 ribu per kg. Itu artinya ada selisih lebih dari Rp 40 ribu lagi yang perlu diatasi.
Meski bobot harga cabai rawit merah terhadap inflasi kecil, tetapi kenaikan harga komoditas tersebut dapat berdampak besar, terutama bagi rumah tangga. Dalam kesempatan tersebut ia menjamin harga tetap terkendali menjelang puasa dan Lebaran. Sebab, beberapa daerah mulai memasuki masa panen.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono mengatakan, ketersediaan cabai rawit bulan ini diperkirakan mencapai 75.465 ton dengan kebutuhan 68.472 ton. Angka kebutuhan cabai rawit merah diakuinya terus mengalami peningkatan pada bulan-bulan ke depan, tetapi produksi cabai rawit merah masih mencukupi kebutuhan tersebut. "Sedikit over produksi," ujarnya.