REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Sejumlah pejabat dari masing-masing negara yang masuk Pacific Rim bertemu di Cile untuk membicarakan perdagangan bebas. Mereka berniat mempertahankan pasar terbuka dan memperluas perjanjian perdagangan bebas, serta mendorong kembali terhadap tanda-tanda proteksionisme di Amerika Serikat (AS).
Sejak Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, negara ini dipastikan tidak akan melanjutkan perjanjian Trans-Pacific Patnership (TPP). Namun, pejabat dari 11 negara lain pakta perdagangan, termasuk Kanada, Meksiko, Jepang dan Australia, mengatakan mereka akan terus maju integrasi ekonomi di Asia wilayah-Pasifik. Walaupun, para pejabat tidak yakin tentang apa perjanjian perdagangan baru bisa terlihat seperti.
"Pesan mendasar yang ingin kami sampaikan adalah bahwa perdagangan tidak zero-sum game, kita semua bisa menang bersama-sama," kata Menteri Luar Negeri Cile, Heraldo Muñoz, seperti dilansir Wall Street Journal, Rabu (15/3).
Pertemuan dua hari itu disebut-sebut untuk membahas masa depan perdagangan di wilayah tersebut menyusul keputusan Trump untuk menarik AS keluar dari kerja sama TPP. Dalam pertemuan ini juga hadir pejabat dari Cina, Korea Selatan dan Kolombia, yang bukan anggota TPP. Duta Besar (Dubes) AS untuk Cile, Carol Perez, juga hadir.
Dalam sebuah pernyataan, Dubes Perez mengatakan, AS akan terus memperdalam perdagangan dengan negara-negara Asia Pasifik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Perez menyebut bahwa pemerintah AS berharap untuk tetap menjadi anggota kunci dari masyarakat Asia Pasifik pada isu-isu perdagangan.
Para pejabat yang berkumpul di Cile mengataka mereka akan bergerak maju tanpa kepemimpinan AS pada perdagangan, perubahan besar dari peran tradisionalnya, masih belum jelas. Beberapa menteri menjelaskan, TPP masih bisa maju, sementara para pejabat lain percaya tidak mungkin untuk dilaksanakan tanpa AS, tapi bisa berfungsi sebagai dasar untuk mencapai kesepakatan bilateral.
Lainnya mengatakan mereka akan tertarik bergabung dengan Regional Comprehensive Economic Partnership, perjanjian perdagangan yang dipimpin Cina dari 16 negara yang dikenal sebagai RCEP yang dipandang sebagai saingan untuk TPP.
Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo mengatakan, pemerintahnya akan terus membuka pasar baru bagi negaranya tetapi mengatakan terlalu dini untuk mengetahui masa depan TPP dan jika sesuai lain bisa menggantikannya. "Negara kami tetap pro pada kesepakatan liberalisasi perdagangan," paparnya.
Sementara Menteri Perdagangan Kanada François-Philippe Champagne menuturkan, pertemuan itu penting bagi pemerintah Kanada untuk melakukan komitmen perdagangan bebas di Asia Pasifik. Sedangkan Menteri Perdagangan Selandia Baru Todd McClay berharap perwakilan negara yang hadir di Cile akan memiliki gagasan yang lebih baik di masa depan mengenai TPP ketika mereka berkumpul lagi di Vietnam pada Mei mendatang.
"Terlalu dini untuk mengatakan apa hasil dari proses yang akan, tapi itu benar-benar terlalu dini untuk mengatakan TPP sudah mati," kata Macclay. Menurutnya, pemerintah Selandia Baru melihat manfaat dalam perjanjian ini.
Menteri Perdagangan Peru Eduardo Ferreyros mengatakan pihaknya bisa menggunakan keanggotaan di TPP untuk melakukan negosiasi bilateral dengan negara-negara yang berpartisipasi di TPP maupun dengan negara tidak memiliki perjanjian perdagangan dengan Peru, seperti Australia, Malaysia dan Vietnam.