REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sebanyak 11 negara yang tergabung dalam kemitraan Trans Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) harus menyadari perjanjian dagang itu tetap berjalan meski tak ada lagi Amerika Serikat. Ke-11 negara tersebut antara lain Australia, Brunei Darussalam, Cile, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.
Pakar perdagangan Asia menilai Jepang mampu memimpin jalannya TPP. "Sangat sedikit apa yang dilakukan AS di TPP. Pasar AS sudah terbuka," kata Direktur Eksekutif di Pusat Perdagangan Asia, Deborah Kay Elms, kepada CNBC, Kamis (16/3).
Dia menjelaskan melalui perjanjian perdagangan dengan AS, negara tersebut mendorong peserta lainnya untuk membuka pasar bagi perusahaan negeri Paman Sam. Kenyataannya menurut Deborah, anggota lain memiliki akses yang baik ke pasar masing-masing.
Kepada CNBC, Deborah mengatakan perjanjian dagang itu tidak akan mati. Jepang ia nilai mampu memimpin dan menetapkan aturan dagang di Asia dalam TPP.
"Ini tantangan yang asing bagi mereka (Jepang). Mereka belum dilihat sebagai pemimpin di wilayah ini," tutur Deborah.
Ia menambahkan kesepakatan antara TPP dengan raksasa Asia lainnya yang mencakup Cina dalam RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) sebagai mitra menjadi kesempatan besar dalam perdagangan dunia. Asia dinilai mampu memimpin perdagangan global saat meningkatnya sentimen proteksionis.