Senin 27 Feb 2017 19:20 WIB

Keuangan Mikro Solusi Mengatasi Pengangguran di Indonesia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Asmawi Syam mengatakan, keuangan mikro hadir di masyarakat sebagai solusi untuk mengatasi pengangguran. Keuangan mikro lahir dari suatu kenyataan bahwa di negara berkembang di dunia ini ditemukan sekelompok masyarakat yang secara umur produktif, namun miskin dari sisi ekonomi.

"Kemudian pemerinth di negara-negara berkembang memikirkan bagaimana mereka yang usia produktif ini bisa produktif secara ekonomi, maka kemudian diberikan bantuan," ujar Asmawi dalam  dalam acara peletakan batu pertama pembangunan BRI Micro Finance di Universitas Hasanuddin, Makassar, Senin (27/2).

Asmawi menjelaskan, pada waktu itu bantuan tersebut tidak bankable namun tumbuh secara pesat. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat membutuhkan kredit komersial dan mulai meninggalkan bantuan yang tidak bankable tersebut sehingga mereka bisa lebih produktif.

Dalam perjalanannya mereka bisa produktif sehingga bisa mulai menabung. Pada tahap ini disebut dengan kredit mikro dan bank mulai memikirkan tabungan mikro.

Tabungan ini di BRI pada tahun 1980an disebut dengan Simpedes, dan kreditnya disebut dengan Kumpedes. Sedangkan pada tahun 1970an BRI masih memberikan bantuan non komersial dan disebut sebagai perbankan mikro.

Menurut Asmawi, perbankan mikro ini adalah perpaduan antara kredit mikro dan simpanan mikro. Kemudian dalam perjalanannya kredit micro banking ini berkembang menjadi micro finance.

"Keuangan mikro itu sudah bukan pinjaman dan simpanan, tapi juga masuk ke aktivitas keuangan lain misalnya asuransi mikro," kata Asmawi.

Keuangan mikro di Indonesia sudah berada pada level ketiga karena sudah bukan dalam tataran pinjaman dan simpanan, tapi juga masuk ke aktivitas keuangan lain misalnya asuransi mikro. Sementara, di Bangladesh masih dalam tataran micro credit karena tidak ada simpanan yang diberikan.

Menurut Asmawi, sebetulnya Indonesia lebih layak mendapatkan nobel di bidang micro finance ketimbang Bangladesh. Namun memang Indonesia masih kurang dalam memberikan penjelasan kepada dunia mengenai progres pertumbuhan keuangan mikro.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah mendorong pertumbuhan wirausaha agar dapat menciptakan lapangan kerja lebih banyak. Para lulusan universitas diharapkan sudah dipersiapkan untuk menjadi pengusaha dan diberikan bekal-bekal mengenai kewirausahaan, sehingga dapat menciptakan para pengusaha baru serta mengatasi pengangguran.

"Dulu waktu saya masih menjadi ketua Kadin (kamar dagang dan industri) disini (Sulawesi) ada masa pengenalan dunia usaha sebelum terima ijazah," kata Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement