REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan pasar obligasi dalam sepekan ini diprediksi masih berpotensi bergerak terbatas cenderung naik dengan memanfaatkan sentimen rupiah.
Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menjelaskan, kondisi makro yang belum ada sentimen positif membuat laju pasar obligasi masih diliputi pelemahan. Pelaku pasar masih bersikap wait and see terhadap sentimen yang ada.
"Masih berlanjutnya pelemahan pada nilai tukar Rupiah membuat pasar obligasi masih dinaungi awan negatif," ujar Reza, Senin (27/2).
Rendahnya total penawaran dan nominal lelang yang dimenangkan pada lelang SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) memperlihatkan sikap dari pelaku pasar yang masih cenderung menjauhi pasar seiring minimnya sentimen positif tersebut. Sehingga pasar lebih memilih untuk mengamankan posisi.
Mulai menguatnya nilai tukar Rupiah seiring kembali melemahnya dolar AS jelang rilis FOMC minutes The Fed memberikan imbas positif, dimana laju pasar obligasi mampu kembali menguat meski masih terbatas. Pelaku pasar masih bersikap wait and see meski sebagian mencoba kembali masuk memanfaatkan pelemahan sebelumnya. Pasar lebih memilih untuk mengamankan posisi.
Tidak lama kemudian, kembali melemahnya laju Rupiah masih ditanggapi negatif oleh pelaku pasar. Aksi jual kerap terjadi sehingga membuat pergerakan pasar obligasi bervariatif cenderung melemah. Pasar kembali lebih memilih untuk mengamankan posisi. Hingga akhir pekan, laju pasar obligasi cenderung bergerak sideways.
Lebih lanjut Reza menjelaskan, laju pasar obligasi terlihat sedang mencoba berbalik mengalami kenaikan dengan memanfaatkan sentimen yang ada, terutama dari sisi penguatan Rupiah. "Untuk itu, pergerakan pasar obligasi di pekan ini masih berpotensi bergerak terbatas dengan kecenderungan mencoba kembali mengalami kenaikan,"jelas Reza.
Ia memperkirakan rentang imbal hasil akan berada dalam kisaran ± 3-6 bps (6,00-8,50 persen). Sementara, pada obligasi korporasi juga diharapkan dapat kembali menguat.
Pada pekan ini, jangan lewatkan lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (28/2) dimana Pemerintah akan menawarkan enam seri obligasi negara. Adapun jumlah indikatif SBSN yang dilelang sebesar Rp 15 triliun.