Senin 27 Feb 2017 15:11 WIB

Petani di Lampung Keluhkan Harga Gabah Anjlok

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Angga Indrawan
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Memasuki musim panen pada awal Maret 2017, petani di beberapa sentra produksi padi di Lampung mulai mengeluhkan harga gabah anjlok dari harga biasanya. Harga gabah kering panen (GKP) diterima agen berkisar Rp 3.700 - 3.900 per kilogram, padahal sebelumnya Rp 4.200 – 4.500 per kg.

“Tiap mulai musim panen harga turun terus. Biasanya Rp 4.200 per kg, sekarang Rp 3.900 per kg. Nanti ketika panen raya turun lagi bisa Rp 3.500 per kg,” kata Rudin kepada Republika.co.id, di Desa Trimurjo, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Senin (27/2).

Menurut dia, setiap panen petani langsung menjual gabahnya kepada agen yang telah siap membayar di tempat. Agen menentukan harga beli berdasarkan kondisi gabah yang telah dipanen. “Kalau jual di penggilingan bisa Rp 4.000per kg, tapi harus ada ongkos angkut lagi, sama saja,” ujarnya.

Awi, petani lainnya di Trimurjo, mengaku panen padi belum memberikan kesejahteraan kepada petani, karena harga gabah sudah dipastikan akan turun. Jumlah panen dan luas lahan sawah tidak bertambah, tapi harga gabah terus berubah. “Jadi, kalau panen cukup untuk kebutuhan rumah tangga lumayan, setelah dipotong modal waktu musim tanam,” katanya.

Petani di Desa Trimulyo, Kabupaten Pesawaran, Lampung, juga merasakan harga gabah mulai anjlok, saat memasuki musim panen. Namun, petani di desa tersebut menyiasati mencukupi kebutuhan rumah tangga dengan menanam jagung. “Selain bersawah, kami juga menanam jagung. Harga jagung sekarang masih bagus, tidak seperti harga singkong,” ujar Yanto, petani Desa Trimulyo. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement