REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Jawa Timur bakal menggandeng lebih banyak mitra kerja untuk memaksimalkan penyerapan beras tahun ini. Mitra kerja ini berupa tempat penggilingan padi maupun koperasi petani.
Kepala Bulog Divre Jatim, Usep Karyana, mengatakan, di Jatim terdapat sekitar 30 ribu tempat penggilingan padi. Namun, yang bermitra dengan Bulog baru sekitar 300 tempat penggilingan. Oleh sebab itu, Bulog melakukan sosialisasi kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan), pengusaha penggilingan padi, maupun koperasi petani agar mau bermitra dengan Bulog. “Kami mulai menjemput bola, kmai buka seluas-luasnya kesempatan untuk bermitra dengan Bulog,” kata Usep di Surabaya, Kamis (16/2).
Menurutnya, tahun lalu Bulog mampu menyerap beras sebanyak 700 ribu ton melalui kerjasama dengan 300 mitra kerja. Target penyerapan beras pada 2016 sebanyak 850 ribu ton, namun hanya tercapai 700 ribu ton. Tahun ini, Usep menargetkan jumlah mitra kerja menjadi 600 mitra agar kemampuan menyerap beras lebih baik lagi. “Target penyerapan beras tahun ini 850 ribu ton, tapi kalau bisa tercapai 1,2 juta ton tahun ini,” imbuhnya.
Usep menyebutkan, bulan ini sejumlah daerah sudah mulai panen, antara lain Kabupaten Ngawi, Madiun, dan Ponorogo. Sampai pertengahan Februari ini, Bulog telah menyerap sekitar 3.600 beras. Tahun sebelumnya, Bulog belum bisa menyerap beras pada Januari dan Februari.
“Panen raya ini kan mulai Maret, paling tidak kami bisa menyerap 60 persen sampai 70 persen dari target awal 850 ribu ton. Penambahan mitra kerja kami genjot panen raya ini,” jelasnya.
Usep optimistis target penyerapan beras tersebut tercapai melalui penambahan mitra kerja. Terlebih kontribusi Jatim untuk memasok beras ke daerah lain cukup besar. Dari total penyerapan beras, sekitar 500 ribu ton dikirim ke daerah lain, seperti Sumatera, Kalimantan, NTT, Papua, dan Maluku.
Usep menambahkan, Bulog menyerap beragam jenis gabah dan beras. Gabah kering panen dari petani dengan kadar air 25 persen dan hampa 3 persen dibeli seharga Rp 3.700 per kilogram. Sedangkan gabah dengan kadar air lebih dari 30 persen juga dibeli Bulog, namun dengan harga lebih rendah.
Sementara beras pecah (broken) 15 persen dibeli seharga Rp 7.500 per kilogram, dan beras broken 20-25 persen dibeli seharge Rp 7.150 per kilogram. Bulog juga memaksimalkan mesin pengering gabah (dryer). Masing-masing subdivre memiliki satu unit dryer.