REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan digital semakin meningkat. Bahkan, hampir semua transaksi di perbankan dapat dilakukan langsung melalui layanan elektronik channel, sehingga beberapa bank mengurangi pembukaan kantor cabang dan memfokuskan investasi pada layanan berbasis digital.
Direktur Distributions Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, cabang reguler semakin berkurang. Hal itu karena 90 persen transaksi di Bank Mandiri menggunakan elektronik channel, seperti ATM, mobile banking, serta internet banking.
"Jadi tahun ini kita nggak akan terlalu agresif buka cabang yang fisik. Tahun ini mungkin hanya sekitar 40 sampai 50 cabang, dibandingkan tahun lalu tuh kita 100-an lebih," ujar Hery, saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, (14/2).
Ia menjelaskan, tujuannya dalah meminimalisir dalam kondisi ekonomi yang tidak kondusif. Perseroan mendorong agar semua kantor cabang lebih efisien, dan produktif.
"Ya misalnya dengan bisnis, katakan funding atau kredit yang digenerate per kepala. Tentunya akan meningkat dari tahun lalu," tuturnya.
Hery menambahkan, untuk membuka satu cabang biasanya perseroan berinvestasi sekitar Rp 1 miliar sampai Rp 1,5 miliar.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong agar bank-bank di Indonesia membuka cabang digital. "Kita sejalan dengan imbauan dari regulator, kita harus dorong. Paling tidak (cabang digital) tumbuh di atas 3000-an setahun," jelas Hery.
Ia mengungkapkan, perseroan juga akan segera meluncurkan platform mobile banking Bank Mandiri terbaru. Diharpkan melalui fitur baru tersebut nasabah semakin mudah bertransaksi lewat mobile atau internet banking, termasuk membuka rekening lewat ponsel.
"Kemudian ke depan bisa melakukan pembayaran (lewat platform mobile terbaru) ituu sudah pasti. Kemudian nanti mereka bisa lihat statement report-report kartu kreditnya. Lalu kalau punya pinjaman seperti KPR bisa lihat dari sini juga," tutur Hery.