Jumat 10 Feb 2017 16:34 WIB

PLN NTB Targetkan Kenaikan Rasio Elektrifikasi 5 Persen per Tahun

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pekerja berjalan di area transmisi gardu induk Kendari milik PT PLN (Persero) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/3).
Foto: Antara/Jojon
Seorang pekerja berjalan di area transmisi gardu induk Kendari milik PT PLN (Persero) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Manajemen PLN Wilayah NTB dan PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Nusa Tenggara melakukan audiensi dengan Komisi IV DPRD Provinsi NTB di Kantor DPRD Provinsi NTB, Jumat (10/2). General Manager PLN Wilayah NTB Karyawan Aji mengatakan, untuk Provinsi NTB, hingga Desember 2016 rasio elektrifikasi telah mencapai 77,68 persen. Ditargetkan pada 2020, rasio elektrifikasi melebihi 95 persen.

"Kami targetkan rasio elektrifikasi dapat meningkat 4 persen sampai 5 persen per tahun," kata dia saat melakukan audiensi dengan Komisi IV DPRD Provinsi NTB.

Sementara dari sisi ketersediaan daya, ia katakan, untuk sistem kelistrikan Lombok memiliki daya mampu sebesar 245 MW dengan beban puncak mencapai 225 MW. Kemudian sistem Sumbawa memiliki daya mampu sebesar 56 MW dengan beban puncak mencapai 42 MW. Sementara untuk daya mampu Sistem Bima sebesar 57 MW dengan beban puncak sebesar 42 MW.

"Ketiga sistem saat ini dalam kondisi surplus, namun belum aman, karena cadangan dayanya belum mencapai 30 persen. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur kelistrikan mutlak diperlukan, apalagi melihat kebutuhan listrik NTB yang terus meningkat," kata Aji.

Aji menambahkan, pertumbuhan kebutuhan daya dilihat dari beban puncak kelistrikan NTB terus mengalami peningkatan. Dari total tiga sistem kelistrikan yang ada di NTB, beban puncak pada 2010 hanya sebesar 162 MW, dan terus meningkat mencapai 309 MW pada 2016.

"Pertumbuhan kebutuhan listrik di NTB cukup tinggi. Kami khawatir jika pembangkit dan jaringan ini tidak dibangun, beberapa tahun mendatang NTB akan mengalami defisit listrik kembali," ucap dia.

Dia menambahkan, dari Program 35 ribu MW, Provinsi NTB diproyeksikan mendapat tambahan 500 MW. Pembangkit tersebut antara lain PLTGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, PLTMG Sumbawa berkapasitas 50 MW, PLTMG Bima berkapasitas 50 MW, PLTU Lombok 2x50 MW, dan PLTU Lombok 2 berkapasitas 2x50 MW. Sementara, satu pembangkit Program 35.000 MW yaitu Mobile Power Plant (MPP) Lombok berkapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Jeranjang sudah beroperasi sejak Oktober 2016 lalu.

Selain itu, Aji melanjutkan, PLN juga akan menambah beberapa pembangkit, antara lain Kapal pembangkit listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) berkapasitas 150 MW yang saat ini dalam proses perizinan sandar kapal dan operasi.

"Diperkirakan kapal ini akan beroperasi pada Maret 2017. Kemudian PLN saat ini juga sedang melakukan uji coba PLTU IPP Lombok Timur berkapasitas 2x25 MW," kata dia.

Kedua pembangkit ini, kata dia, akan memperkuat Sistem Kelistrikan Lombok pada . Selain itu, di Pulau Sumbawa PLTU Sumbawa Barat berkapasitas 2x7 MW diproyeksikan dapat beroperasi pada 2017.

Selain membangun pembangkit, untuk mendukung keandalan listrik di NTB, PLN juga akan membangun jaringan transmisi interkoneksi Pulau Lombok menggunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV yang ditargetkan dapat beroperasi pada 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement