Kamis 09 Feb 2017 01:08 WIB

Ekspor Karet Diprediksi Naik Jadi 3,2 Juta Ton

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Budi Raharjo
Pekerja mengumpulkan hasil sadapan getah karet di perkebunan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX di Ngobo, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (18/1).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Pekerja mengumpulkan hasil sadapan getah karet di perkebunan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX di Ngobo, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Karet Indonesia Azis Pane memprediksi ekspor komoditas karet di 2017 dapat meningkat menjadi 3,2 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 400 ribu ton dibanding realisasi ekspor tahun lalu yang mencapai 2,8 juta ton.

"Ekspor tidak bisa tinggi-tinggi karena pohon karet kita usianya sudah tua," ujarnya, saat dihubungi Republika, Rabu (8/2).

Menurutnya, rata-rata usia pohon karet yang produktif di Indonesia sudah lebih dari 25 tahun. Karenanya, Azis berharap pemerintah memberikan bantuan berupa subsidi bibit agar petani bisa melakukan penanaman pohon karet kembali.

Adapun mengenai harga karet, Azis menyebut saat ini komoditas tersebut dihargai 2,8-3 dolar AS per kilogram. Sementara, harga di tingkat petani dapat mencapai Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.

Angka tersebut jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya di mana harga karet sempat merosot tajam di bawah satu dolar AS per kilogram. Ia sendiri memperkirakan bahwa kenaikan harga terjadi karena produksi karet di Thailand dan Vietnam tengah turun karena faktor cuaca.

Azis optimistis kondisi yang kondusif tersebut akan terus berlangsung dengan syarat pertumbuhan ekonomi dunia membaik. Sebab, jika ekonomi tumbuh, maka permintaan akan kendaraan meningkat. Adapun karet merupakan bahan baku utama industri ban.

Ia menyebut, 82 persen produksi karet dunia diserap oleh industri ban. "Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, maka karet alam akan naik pasarnya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement