Senin 06 Feb 2017 19:10 WIB

Perbaikan Pertumbuhan Ekonomi RI Turut Disumbang Negara Lain

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 tercatat sebesar 5,02 persen. Angka itu meningkat dibanding pertumbuhan pada 2015 sebesar 4,88 persen atau capaian 2014 sebesar 5,01 persen. Sementara itu, PDB nasional Indonesia sebesar Rp 12.406,8 triliun, dengan PDB per kapita Rp 47,96 juta atau 3.605,1 dolar AS. Perbaikan pertumbuhan tersebut juga dipengaruhi perbaikan ekonomi negara mitra dagang Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ditinjau dari sisi produksi maka pertumbuhan ekonomi tertinggi berlaku di sektor lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,90 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi disumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 6,62 persen.

Kepala BPS Suhariyanto juga menjelaskan, ekonomi Indonesia pada kuartal keempat 2016 lalu mengalami kontraksi bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sebesar minus 1,77 persen. Ia menyebutkan, dari sisi produksi hal ini disebabkan oleh efek musiman di lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami kontraksi 21,24 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, kontraksi kuartalan ini disebabkan oleh penurunan ekspor neto.

Suhariyanto juga mengungkapkan, struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2016 ini didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Kelompok provinsi di Jawa disebut memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, yakni hingga 58,49 persen. Penyumbang PDB terbesar adalah Pulau Sumatra sebesar 22,03 persen dan Pulau Kalimantan sebesar 7,85 persen.

"Sekarang menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Khusus untuk kuartal 4, pergerakannya, bahwa pada kuartal 4 memang turun dibanding kuartal 4 tahun sebelumnya. Kejadiannya sama dengan kuartal 4 tahun 2016 di mana pertumbuhan kuartal ke kuartal juga minus," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (6/2).

Namun, BPS juga memberikan sejumlah catatan terkait pertumbuhan ekonomi 2016 ini. Catatan pertama yang diungkapkan BPS, kondisi perekonomian global di kuartal keempat 2016 menunjukkan peningkatan tetapi belum merata. Apalagi, tren peningkatan harga komoditas belum bisa memberikan imbas secara langsung. Ketidakpastian ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat juga menambah risiko pertumbuhan ekonomi global.

Selain itu, Suhariyanto juga menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Cina misalnya, mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi dari 6,7 persen menjadi 6,8 persen. Sementara Amerika Serikat mengalami perbaikan dari 1,7 persen menjadi 1,9 persen dan Singapura membaik dari 1,1 persen menjadi 1,8 persen.

 

Pertumbuhan ekonomi 2016 terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan konsumsi pemerintah yang masih tumbuh negatif atau minus 0,15 persen. Konsumsi pemerintah yang anjlok ini salah satunya disebabkan oleh pemangkasan anggaran di kuartal ketiga tahun lalu.

Catatan selanjutnya adalah adanya peningkatan penjualan mobil secara wholesale (penjualan hingga level dealer), sebesar 12,18 persen dibanding tahun lalu. Angkanya, total jumlah mobil yang terjual sebesar 278.894 unit pada 2016. Sementara nilai transaski debit untuk belanja juga tumbuh hingga 18,29 persen, menguat dari capaian 2015 sebesar 17,86 persen. BPS menilai, pertumbuhan permintaan kredit baru dari penyaluran dana pihak ketiga merupakan pendorong pertumbuhan lapangan usaha keuangan dan asuransi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement