Sabtu 21 Jan 2017 05:43 WIB

Pentingnya Pertemuan KTM-11 Menurut Mendag

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (tengah)berbicara saat media briefing capaian kinerja 2016 dan outlook 2017 di kantor Kemendag Jakarta, Rabu (4\1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (tengah)berbicara saat media briefing capaian kinerja 2016 dan outlook 2017 di kantor Kemendag Jakarta, Rabu (4\1).

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita bersama dengan beberapa menteri dari negara lainnya mengadakan pertemuan bilateral membahas rencana Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-11 yang akan di gelar Desember 2017 mendatang bersama Dirjen WTO di Davos, Swiss.

Konferensi yang rencananya akan diadakan di Buenos Aires, Argentina tersebut menurut Enggar adalah konferensi yang sangat penting untuk menghasilkan sejumlah kesepakatan terkait WTO.

“Pada pertemuan bilateral dengan beberapa menteri negara sahabat selama dua hari itu sangat dirasakan adanya pengakuan atas peran kunci Indonesia dalam perundingan di WTO dan prakarsa regional, khususnya perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas Indonesia pada 2011 dan peran Indonesia sebagai Ketua Komite Perundingan Perdagangan RCEP sejak 2013 hingga kini,” imbuhnya dalam siaran pers diterima Republika.co.id, Jumat (20/1).

Dalam pertemuan bilateral tersebut, mendag juga bertemu dengan menteri perdagangan Pakistan, Khurram Dasgir Khan. Pertemuan tersebut membicarakan upaya peningkatan perdagangan dua arah.

Wujud tindaklanjut pertemuan tersebut, kementerian perdagangan akan mengirim pejabat senior ke Islamabat untuk membahas cara-cara kongkret memperbaiki neraca perdagangan yang dia nilai surplus di pihak Indonesia namun menjadi keprihatinan di pihak Pakistan.

"Ini terjadi sejak diimplementasiaknnya Indoensia-Paksitan Preferential Trade Arrangement yang berlaku efektif sejak 2013," ulasnya.

Selain dengan Pakistan, mendag juga membucarakan hubungan-hubungan bilateral dengan negara mitra lainnya seperti Australia, Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtentein.

“Indonesia menekankan pentingnya disepakati early outcomes di saat perundingan masih berlangsung sebagai bagian dari proses confidence building,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement