Rabu 07 Dec 2016 09:57 WIB

Porsi Kepemilikan Asing di Obligasi Meningkat 37,3 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Porsi kepemilikan asing atas surat utang (obligasi) terus meningkat. Kendati demikian, risiko fiskal masih mejadi ancaman Surat Utang Negara (SUN).

Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan imbal hasil (yield) obligasi global masih fluktuatif menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada 8 Desember dan Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) pada 13-14 Desember.

Sentimen pertambahan stimulus oleh ECB mulai ramai terlihat di media walaupun belum diikuti oleh penurunan tajam yield obligasi. Hal ini menandakan masih adanya alasan bagi yield untuk tetap tinggi.

"Dari pasar domestik, aliran dana asing terus masuk. Hingga Senin (5/12), aliran dana ini berhasil mendorong porsi kepemilikan asing di obligasi meningkat hingga 37,3 persen dari total penerbitan obligasi," ujar Rangga, Rabu (7/12).

Menurut Rangga, koreksi atas tekanan yang terjadi sebelumnya lebih menjadi alasan utama penurunan imbal hasil SUN. Risiko kenaikan inflasi dan pelebaran defisit fiskal masih menjadi ancaman utama bagi SUN selain kenaikan Fed rate yang di luar ekspektasi.

"Menkeu Sri Mulyani mulai melihat kemungkinan kenaikan harga BBM tahun depan walaupun dampak harga minyak tinggi akan positif bagi penerimaan negara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement