Selasa 15 Apr 2025 13:22 WIB

Perbankan Tunggu Kepastian Global, Tahan Ekspansi lewat Surat Utang

Pefindo memprediksi tren penerbitan obligasi perbankan akan sedikit melambat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
 Tekanan geopolitik global dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi membuat sektor perbankan memilih menahan ekspansi. (ilustrasi)
Foto: Freepik
Tekanan geopolitik global dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi membuat sektor perbankan memilih menahan ekspansi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan geopolitik global dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi membuat sektor perbankan memilih menahan ekspansi melalui penerbitan surat utang pada paruh pertama 2025. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi tren penerbitan obligasi perbankan akan sedikit melambat dalam 1–2 kuartal mendatang.

“Jadi mungkin akan harus lihat dulu ke depan ini trade war ini akan seperti apa sih, apakah dengan adanya 90 hari brief itu akan agak mereda atau bagaimana,” kata Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito dalam konferensi pers, Selasa (15/4/2025).  

Baca Juga

Menurut Dito, kekuatan likuiditas menjadi alasan utama bank tidak buru-buru menerbitkan obligasi baru. Sebagian besar bank dinilai mampu merealisasikan pembayaran jatuh tempo dari kas internal. "Kalau dari sisi surat utang yang akan jatuh tempo, menurut saya tidak terlalu banyak masalah dari sisi untuk merepay-nya oleh perbankan-perbankan tersebut,” ujarnya.

Dito menambahkan, keputusan untuk tidak mempercepat penerbitan juga berkaitan dengan kehati-hatian pelaku pasar dalam merespons kondisi eksternal. “Bayangan saya, dari sisi penerbitan surat utang baru, mungkin akan at least dalam 1-2 kuartal ini agak menurun sedikit, karena mungkin masih melihat prospek pertumbuhan ke depannya,” lanjutnya.

Meski demikian, data Pefindo menunjukkan potensi penerbitan dari sektor perbankan tetap kuat. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menjelaskan, hingga akhir kuartal I, terdapat mandat sebesar Rp 12,6 triliun yang belum terealisasi. Sementara itu, penerbitan yang sudah terlaksana mencapai Rp 5 triliun.

“Kalau realisasinya full seperti itu, maka memang akhirnya lebih tinggi ya dibanding dengan tahun lalunya,” kata Suhindarto.

Untuk diketahui, sepanjang 2023, sektor perbankan menerbitkan obligasi senilai Rp 12,3 triliun, dan pada 2024 naik menjadi Rp 15,9 triliun. Artinya, jika seluruh mandat 2025 direalisasikan, total penerbitan sektor ini bisa menyentuh Rp 17 triliun dan kembali masuk dalam tiga besar sektor penerbit terbanyak di pasar obligasi domestik.

Suhindarto juga mencatat bahwa rata-rata penerbitan perbankan memang stabil di bawah Rp 20 triliun, namun tetap signifikan jika dibandingkan sektor lain. “Nilai tersebut sendiri, kalau dibandingkan dengan sektor lain, sebenarnya bisa masuk dalam top 3 dibandingkan dengan sektor lainnya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement