Rabu 07 Dec 2016 03:27 WIB

Presiden: Kejar Investasi dengan Jurus Apa Pun

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencoba meyakinkan pasar bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia untuk tahun depan berada di atas garis optimisme. Presiden Joko Widodo menyebutkan, kondisi ekonomi Indonesia yang ditilik dari sisi moneter, fiskal, maupun struktural masih stabil.

Menuju akhir 2016 dan menghadapi 2017, risiko yang dihadapi lebih berasal dari sisi eksternal yang disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS). Rencana penurunan suku bunga Bank Sentral AS yang sudah disuarakan sejak tahun ini juga masih membayangi iklim ekonomi global, ditambah dengan pelemahan ekonomi Cina yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.

Jokowi mengungkapkan, permasalahan ini menjadi tantangan bersama yang dihadapi banyak pimpinan negara baik negara maju atau berkembang. Menurutnya, dua tantangan utama yang ia sarikan dari komunikasi dengan pimpinan negara lain yakni sulitnya mencari investasi dan arus uang masuk ke negara masing-masing yang berguna untuk pembiayaan pembangunan.

Senada dengan negara-negara berkembang, Indonesia saat ini sedang berada dalam jalur cepat untuk menarik investasi baik dari dalam dan luar negeri. Tujuannya, untuk menggenjot pembangunan dan pemerataan kesejahteraan.

"Karenanya, negara kita yang ingin kita kerjakan adalah menarik investasi sebesar-besarnya. Saya sudah memberikan perintah jelas kepada tim ekonomi bahwa target investasi yang masuk harus betul-betul dikejar dengan cara apapun," jelas Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Fairmont, Jakarta, Selasa (6/12).

Penjabarannya, dengan target investasi tahun depan sebesar Rp 670 triliun, satu tahun berikutnya yakni 2018 ditargetkan angka investasi asing menyentuh Rp 840 triliun. Target yang dipasang pemerintah, raihan investasi setidaknya menyentuh 45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain menggenjot investasi, langkah kedua yang dilakukan pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan adalah perbaikan sektor pariwisata. Menurutnya, meski bukan tergolong jenis investasi yang memakan angka investasi besar, namun industri pariwisata justru mampu menyerap pemberdayaan dari industru skala menengah dan kecil. Secara keseluruhan, bahkan tenaga kerja yang bisa diserap dari industri pariwisata tergolong besar.

"Kita gencarkan promosi, agar dari 10 destinasi wisata, 4 destinasi siap menerima wisatawan. Sisanya masih memerlukan dukungan infrastruktur. Ini yang saya sampaikan juga, harus dikejar dengan jurus apapun. Bahwa kita siap untuk ini," ujarnya.

Sedangkan langkah ketiga, lanjutnya, adalah pengembangan inklusi keuangan. Perbaikan akses keuangan yang bisa menyentuh masyarakat dan pelaku usaha kecil dan menengah dinilai bisa meningkatkan jumlah tabungan masyarakat ke angka 75 persen. Saat ini, tabungan masyarakat baru di level 36 persen dan sedang digenjot menuju ke angka 40 persen. Jokowi menilai, akses perbankan yang mudah akan meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dan mendongkrak geliat UKM.

Langkah keempat, lanjut Jokowi, adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan perbaikan sekolah kejuruan. "Nantinya, porsi training harus 80 persen. Sisanya, guru normatif seperti Bahasa Indonesia, Kimia, dan Matematika," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement