Kamis 17 Nov 2016 12:20 WIB

BRI Syariah Catat Perdagangan Perdana Sukuk Mudarabah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melayani nasabah di Banking Hall Bank BRI Syariah, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawan melayani nasabah di Banking Hall Bank BRI Syariah, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BRI Syariah (BRIS) melakukan pencatatan perdana sukuk mudarabah subordinasi I BRIS Tahun 2016. Sukuk mudharabah ini diterbitkan sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1 triliun dan berjangka waktu tujuh tahun.

Sukuk mudarabah subordinasi I ini telah mendapatkan penilaian rating dari Fitch dengan rating id A+ (single A plus). "Sukuk mudharabah ini diluncurkan dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan bisnis di masa mendatang, dan memperkuat struktur permodalan," ujar Direktur Utama BRIS Hadi Santoso di Jakarta, Kamis (17/11).

Hadi menjelaskan, penguatan struktur modal tersebut dalam rangka menunjang ekspansi bisnis guna mengembangkan kegiatan pembiayaan syariah, serta menjaga likuiditas jangka panjang dengan diperhitungkan sebagai modal pelengkap (tier 2). Selain itu, penerbitan sukuk ini juga untuk peningkatan komposisi struktur perhimpunan dana jangka panjang.

Hadi mengatakan, pencatatan perdana sukuk mudharabah ini akan meramaikan instrumen koporasi syariah yang listing di pasar modal syariah. "Dengan modal itu kita akan lakukan untuk ekspansi diantaranya pembiayaan di ritel, mikro konsumer, linkage dan komersial," kata Hadi.

Melalui penerbitan sukuk ini diharapkan market share BRIS akan menjadi lebih tinggi. Saat ini market share BRIS berada di kisaran 8 persen.

Hadi optimistis, pertumbuhan perbankan syariah ke depan akan lebih besar, karena potensinya masih terbuka lebar. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum bisa membedakan perbedaan bank syariah dan konvensional. Oleh karen itu, BRIS berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bank syariah.

Untuk 2017, Hadi mengatakan, BRIS menargetkan pertumbuhan minimal 17 persen agar bisa memperbaiki FDR menjadi lebih mendekati 100 persen sehingga tercipta efisiensi yang baik. Sampai akhir tahun, BRIS menargetkan pembiayaan mencapai Rp 18,8 triliun. Hadi optimistis target tersebut dapat tercapai dan saat ini sudah on track.

"Diharapkan tahun depan market share kami bisa mencapai 10 persen, dan saat ini CAR kami sudah mencapai 21 persen sehingga sangat leluasa untuk melakukan ekspansi," ujar Hadi.

Aset BRIS per 30 September 2016 mengalami peningkatan sebesar Rp 2,75 triliun atau 12,07 persen yakni dari Rp 22,81 triliun menjadi Rp 24, 53 triliun. Sementara khusus aktiva produktif juga mengalami kenaikan Rp 1,27 triliun atau 7,27 persen dari Rp 16,47 triliun menjadi Rp 17,74 triliun.

Untuk dana pihak ketiga (DPK) BRIS juga mengalami kenaikan sebesar Rp 2,1 triliun atau 11,17 persen, yakni dari Rp 18,86 triliun menjadi Rp 20,97 triliun. Dengan rincian tabungan naik 20,05 persen atau Rp 808,78 miliar, dan deposito naik 11,03 persen atau Rp 1,51 triliun. Laba BRIS juga mengalami peningkatan yang mencapai Rp 129,16 miliar atau naik sebesar 9,96 persen dibanding tahun sebelumnya yakni senilai Rp 117,46 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement