REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia sedikit lebih tinggi pada Rabu (9/11) atau Kamis (10/11) pagi WIB, karena saham-saham dan dolar AS bangkit kembali dari penurunan besar di awal perdagangan setelah kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Harga minyak mentah jatuh sebanyak 4,0 persen mendekati 43 dolar AS per barel, dekat terendah dua bulan, pada Selasa (8/11) larut malam karena menjadi jelas para pemilih AS mengambil Trump sebagai presiden mereka berikutnya. Aksi jual yang merupakan bagian dari reaksi pasar berbasis luas, di mana para investor pada Selasa (8/11) larut malam melepas aset-aset berisiko seperti saham dan dolar yang sejak itu nilainya telah pulih.
Brent berjangka naik 32 sen, atau 0,7 persen, menjadi menetap di 46,36 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 29 sen, atau 0,6 persen, menjadi menetap di 45,27 dolar AS per barel. "Jika Anda hanya melihat penutupan hari ini versus penutupan kemarin, tidak banyak yang terjadi. Tapi, ada turun naik hampir dua dolar AS per barel di tengahnya," kata James Williams, presiden konsultan energi WTRG Economics di Arkansas.
"Pasar minyak mulai pulih dari posisi terendah mereka semalam, setelah menjadi jelas bahwa Trump telah memenangkan pemilu," kata Williams menambahkan.
Dengan kemenangan Trump, beberapa analis mengatakan ada faktor-faktor yang mendukung harga minyak seperti pergeseran potensial dalam kebijakan AS terhadap Iran. Trump telah mengkritik kesepakatan nuklir Barat dengan Iran, sebuah kesepakatan yang telah memungkinkan Teheran untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya secara tajam pada tahun ini. Iran mengatakan Trump harus tetap berkomitmen kepada kesepakatan.