Kamis 27 Oct 2016 13:04 WIB

Dua Sektor Industri Indonesia Ini‎ Masih Jadi Incaran Utama Investor

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik petrokimia.
Foto: Saptono/Antara
Pabrik petrokimia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan pertumbuhan investasi mencapai Rp 155,3 triliun pada triwulan III 2016. Nilai ini naik 10,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2015. Dengan penerimaan ini maka jumlah investasi yang telah masuk ke Indonesia mencapai Rp 453,4 triliun.

Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubir mengatakan, investasi selama sembilan bulan berdasarkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) masih banyak bergelut di sektor industri kimia ‎dasar, barang kimia, dan farmasi. Nilainya mencapai Rp 46,7 triliun (10,3 persen).

"Kemudian disusul oleh‎ industri makanan (Rp 46,3 triliun) serta industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik  (Rp 44,7 triliun)," kata Azhar dalam konferensi pers, Kamis (27/10).

Meski demikian, Azhar menerangkan bahwa investor asing sebenarnya banyak melakukan investasi di sektor industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik dengan nilai investasi selama 9 bulan 2016 mencapai 2,8 miliar dolar AS.

Pertumbuhan Investasi ini‎ juga ditunjang semakin banyaknya investor yang berkecimpung dalam pembangunan pengolahan mineral (smelter). ‎Setelah itu diikuti industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan 2,6 miliar dolar AS. Barulah investasi di sektor industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi yang nilainya mencapai 2,1 miliar dolar AS.

Sementara investor dalam negeri (PMDN) lebih banyak bermain di sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi dengan nilai mencapai Rp 25,4 triliun. Kemudian industri makanan Rp 240 triliun. Serta industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi Rp 17,2 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement