REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Kementerian Perindustrian memacu industri makanan dan minuman di dalam negeri dapat terus tumbuh melalui penyediaan kebutuhan bahan baku dan bahan penolong secara cukup dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, keberadaan industri pendukungnya sangat diperlukan untuk menjaga konsistensi kinerja industri mamin yang dari tahun ke tahun mampu tumbuh dan berkembang.
Pada kunjungan ke beberapa pabrik produsen produk pangan olahan yang berlokasi di Banten, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menegaskan, industri makanan dan minuman memiliki arti penting dan strategis bagi perekonomian nasional, karena mendukung ketahanan pangan dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja maupun dalam perolehan devisa.
Pada kuartal I 2016, industri makanan dan minuman memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 136,57 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau memberikan kontribusi sebesar 31,4 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas.
“Pada periode yang sama, ekspor industri makanan dan minuman sebesar 499,1 juta dolar AS atau menyumbang 5,88 persen dari ekspor hasil industri,” kata Menperin di Cilegon, Banten, Kamis (21/7).
Bahkan, lanjut Saleh, pertumbuhan industri makanan dan minuman (tidak termasuk industri pengolahan tembakau) berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2015 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen, sedangkan industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,54 persen.
Menperin mengunjungi PT Tereos FKS Indonesia (industri pengolahan jagung), PT Bungasari Flour Mills Indonesia (industri tepung terigu) dan PT Permata Dunia Sukses Utama yang memproduksi gula untuk industri dengan merek PDSU dan gula super putih Inti Manis.