REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi (23/6), bergerak menguat 45 poin menjadi Rp 13.238 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.283 per dolar AS.
"Dolar AS mengalami pelemahan terhadap sebagian mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah penantian investor terhadap pemungutan suara apakah tetap di Uni Eropa (EU) atau keluar," kata analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa hasil polling Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) terbaru menunjukkan jumlah responden yang memilih Inggris keluar sebesar 44 persen. Jumlah responden yang memilih bertahan masih unggul sebesar 45 persen, namun keunggulan tersebut sangat tipis. "Masih adanya potensi Inggris keluar membuat kekhawatiran ekonomi AS kembali melambat sehingga mempengaruhi laju dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa penguatan mata uang domestik juga ditopang oleh harga minyak mentah yang kembali menguat. Harga minyak jenis WTI Crude naik 0,65 persen menjadi 49,45 dolar AS per barel dan Brent Crude naik 0,54 persen ke posisi 50,15 dolar AS per barel.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa menjelang referendum Inggris, volatilitas pasar uang di dalam negeri relatif masih stabil. Beberapa kebijakan yang telah diambil pemerintah menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi rupiah.
Menurut dia, sentimen mengenai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) masih terasa dampak positifnya sehingga apresiasi rupiah kembali terjadi.