Selasa 22 Mar 2016 19:39 WIB

Suku Bunga Single Digit Dinilai Bisa Tercapai

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto menilai, Bank Indonesia (BI) harus dapat menjaga inflasi agar perbankan dapat menurunkan suku bunga menjadi single digit atau di bawah 10 persen.

Sebelumnya BI telah menurunkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,75 persen. Kebijakan moneter BI ini, kata Ryan, merelaksasi likuiditas perbankan yang cukup ketat agar cair lagi. Mengenai penurunan suku bunga ini, sejalan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan selaras dengan keinginan pemerintah agar suku bunga pinjaman ke arah single digit.

"Memang cepat atau lambat akan ke sana. Tapi dengan syarat itu bisa mudah bisa susah," ujarnya di Jakarta, Selasa (22/3).

Ryan menjelaskan, dinilai mudah karena saat ini inflasi lebih terjaga, sesuai dengan target inflasi yang ditetapkan BI yaitu empat persen plus minus satu persen. Di Indonesia, inflasi volatile food berpengaruh tinggi. Sehingga, pemerintah harus menjaga pasokan pangan jelang hari raya dan natal untuk menjaga harga.

"Premium mau turun juga ini akan menurunkan inflasi. Kalo BBM turun biaya produksi turun, maka inflasi akan turun," ujarnya.

Penurunan suku bunga simpanan dan pinjaman, kata Ryan, membutuhkan waktu untuk turun setelah suku bunga acuan diturunkan. Sebab, bank harus menghitung ulang. Biasanya proses itu butuh waktu satu sampai dua bulan.

Ryan menjelaskan, apabila interest income turun, bank akan mencari pendapatan lain. Sehingga, volume kredit harus besar. Kedua, pendapatan nonbunga atau fee based income harus digali.

"Caranya dengan bank lebih kreatif menggali service apa yang dibutuhkan masyarakat seperti payroll money transfer dan safe deposit. Ketiga, tetap langkah efisiensi dilakukan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement