Kamis 17 Dec 2015 23:25 WIB

Perusahaan Pembiayaan Syariah Terkendala Sumber Dana

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pembiayaan Syariah Perumahan
Foto: Republika/Mardiah
Pembiayaan Syariah Perumahan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Didorong untuk memvariasikan produk selain pembiayaan kendaraan, perusahaan pembiayaan terkendala sumber dana. Selain perbankan cenderung menahan diri, opsi pasar modal dipertimbangkan ulang terkait skala usaha.

Direktur Utama Al Ijarah Finance Indonesia (Alif) Iman Pribadi mengungkapkan, produk pembiayaan perumahan yang sudah Alif rencanakan belum jalan karena tidak ada sumber dana dari perbankan. Bank nampak berhati-hati memberi pembiayaan melihat kenaikan biaya sejumlah komponen produksi industri.

Target 10 persen untuk UKM juga sudah relatif tercapai. Pembiayaan UKM sudah dan porsinya sudah Rp 55 miliar dari permintaan pembiayaan (booking) Rp 650 miliar.

UKM yang disasar agak menengah dengan nilai pembiayaan antara Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar. Sektornya pun beragam dari percetakan, pariwisata, dan infrastruktur.

Soal dorongan untuk diversifikasi produk, Iman mengatakan otoritas juga perlu mendorong perbankan syariah untuk membuka pembiayaan ke perusahaan pembiayaan. Berat bagi perusahaan pembiayaan syariah jika mengandalkan dana sendiri.

Mengandalkan pasar modal pun jadi persoalan bagi perusahaan pembiayaan syariah yang skalanya masih kecil-kecil. Belum lagi benturan dengan Giring Ratio terkait modal. ''Ujung-ujungnya menerbitkan surat berharga malah jadi mahal dan berbiaya tinggi,'' kata Iman.

Walau begitu, di Januari 2016 Alif berencana menerbitkan mid term notes (MTN) senilai Rp 40 miliar. Alif sendiri akan terus memantau kondisi ekonomi tahun depan.

Diakui, pertumbuhan ekonomi yang tak terlalu bagus membuat kinerja banyak perusahaan pembiayaan juga jadi kurang bagus. Walau begitu, Iman mengaku bisnis pembiayaam kendaraan di Alif masih bagus. Perusahaan pembiayaan yang relatif kecil, kata Iman, memang lebih cepat tumbuh.

Walau lesu, kondisi 2015 lebih baik dibanding 2014 dimana pembiayaan Alif hanya mencapai Rp 380 miliar. Menjelang akhir 2015, Iman memprediksi pembiayaan Alif akan mencapai Rp 600 miliar hingga Rp 650 miliar, naik 60 persen dari 2014.

Alif tak berniat terlalu agresif di 2016 dan menargetkan pertumbuhan 10-20 persen atau sekitar Rp 800 miliar. ''Kalau itu bisa tercapai sudah bagus. Kami tidak mau agresif, bertahan saja dulu,'' kata Iman.

Meningkatkan produktivitas dan efisiensi jadi strategi yang masih akan dilakukan Alif. Produk baru multiguna, kerja sama pembiayaan wisata dan umrah dengan Tazkia Group serta kerja sama dengan BPD Jawa Barat dan Banten Syariah (BJB Syariah) di 2016 diharapkan bisa juga mendorong bisnis Alif.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perusahaan pembiayaan untuk mendiversifikasi produk selain pembiayaan otomotif dengan merambah UKM dan perumahan. Ini agar industri pembiayaan termasuk pembiayaan syariah bisa kembali tumbuh baik setelah sempat lesu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement