Jumat 04 Dec 2015 16:49 WIB

Konferensi Perubahan Iklim, Ini Komitmen Perusahaan Sawit Indonesia

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP 21) yang berlangsung di Paris, Perancis pada 30 November-11 Desember 2015 membawa agenda penting. Agenda itu yakni semua negara harus menyatakan komitmen untuk mengurangi pemanasan global di bawah dua derajat Celcius, dengan menentukan jenis kontribusi berdasarkan kondisi sosial ekonominya.

 

Pelaku bisnis di Indonesia, terutama yang bergerak di industri sawit berkepentingan dalam menyelaraskan pengembangan industri sawit dengan agenda perubahan iklim.

Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio, yang hadir dan berbicara dalam konferensi tersebut menyatakan, pihaknya sangat menyadari pentingnya pengelolaan perkebunan sawit secara berkelanjutan. Namun, di saat yang sama juga harus dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

Asian Agri, kata dia, telah menggandeng 29 ribu petani dengan melibatkan 60 ribu hektare lahan sawit untuk dikembangkan dengan pola inti-plasma, kemitraan antara perusahaan dengan petani.

"Dengan pengalaman tersebut, Asian Agri optimistis pola tersebut dapat diterapkan juga kepada para petani swadaya yang mengelola perkebunannya secara mandiri,” kata Kelvin melalui siaran pers, Jumat (4/12).

Pendampingan terhadap petani swadaya perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas hasil perkebunan serta menjamin akses terhadap pasar yang lebih terjamin. Selain itu, petani swadaya dapat memperoleh pengetahuan secara langsung dalam mengelola perkebunan yang mengedepankan kelestarian lingkungan sehingga produknya memiliki nilai tambah di pasaran.

Saat ini ada lebih dari 17 ribu hektare lahan yang merepresentasikan lebih dari lima ribu keluarga petani swadaya, telah bergabung di dalam program tersebut. Targetnya, hingga 2020 Asian Agri dapat memberikan pendampingan secara optimal kepada petani swadaya dengan luas lahan hingga 60 ribu hektare.

 

Dengan demikian, industri sawit di Tanah Air dapat terus berproduksi tanpa harus melakukan pembukaan lahan baru atau ekstensifikasi, melainkan melakukan intensifikasi melalui peningkatan kemitraan dengan petani serta perbaikan cara-cara pengelolaan perkebunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement