REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham sektor perbankan dalam beberapa sesi perdagangan terakhir mendapatkan momentum penguatan lanjutan. Hal itu didukung optimisme atas perbaikan kinerja tahun depan, seiring membaiknya kondisi makro ekonomi domestik.
Secara umum, berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan ini, Jumat (27/11), sektor finansial (ytd) mengalami penurunan hingga 7,27 persen. Sektor perbankan tetap mengalami penguatan berkat saham emiten berkapitalisasi besar yang menjadi motor penguatan saham sektor itu.
"Salah satunya, saham PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) yang akhir pekan ini berhasil tutup di Rp 9.275. "Secara teknikal pergerakan harga sahamnya saat ini membentuk pola bullish continuation dengan target resisten di Rp 9.400 hingga Rp 9.600, sedangkan level support bergeser ke Rp 8.900," jelas Analis Saham dari First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Jumat (27/11).
Menurutnya, seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun depan yang diperkirakan berkisar 5,1‐5,3 persen, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan tahun depan akan tumbuh berkisar 12‐14 persen, naik dibandingkan tahun ini yang diperkirakan hanya berkisar 11‐13 persen. Sementara, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 13‐15 persen.
Saat ini, kata David, perseroan fokus pada penguatan kualitas aset dengan terus meningkatkan alokasi pencadangan menjadi 160 persen pada September 2015. Penyaluran kredit perseroan hingga kuartal tiga tahun ini tumbuh 10,7 persen mencapai Rp 560,6 triliun.
"DPK tumbuh 10,8 persen mencapai Rp654,6 triliun dengan total dana murah yang berhasil dikumpulkan naik 15 persen mencapai Rp 415,9 triliun atau 63,53 persen dari total DPK perseroan," ungkapnya.
Adapun laba bersih perseroan, seperti yang diketahui, pada kuartal ketiga ini hanya tumbuh tipis 0,9 persen, yaitu mencapai Rp 14,6 triliun, dibandingkan periode sama 2014 yang mencapai Rp 14,4 triliun.
"Diperkirakan laba perseroan tahun ini hanya mencapai Rp 20,67 triliun dan pertumbuhan ekuitas delapan persen mencapai Rp 113,23 triliun. Harga saham perseroan ditargetkan dengan rata-rata PBV (perbandingan antara harga saham dengan nilai aset bersih) 2,5 kali atau mencapai Rp 12.132," ungkap David.