REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Rencana pemerintah untuk mengimpor beras dinilai menjadi langkah tepat. Pasalnya saat ini kondisi alam Indonesia sulit diprediksi, terutama mengingat adanya fenomena El Nino yang entah kapan akan selesai.
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Hermanto Siregar mengatakan seandainya El Nino baru selesai pada Januari, Februari, atau bahkan Maret 2016 maka akan berpotensi mengganggu produksi beras nasional. “Artinya tidak akan cukup produksinya untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri,” ujarnya kepada Republika.co.id,” Selasa (20/10).
Waktu untuk melakukan impor beras tidak bisa cepat sehingga sebaiknya kran impor dibuka dari sekarang. Namun Hermanto menyarankan importasi hendaknya jangan dilakukan sekaligus. Harus bertahap sesuai dengan kebutuhan.
“Kalau dampak El Nino tidak terlalu parah, impornya bisa disimpan saja di gudang Bulog dan jangan dilempar ke masyarakat karena khawatir harga beras di tingkat petani akan jatuh,” ucapnya.
Stok beras di Bulog atau pemerintah, kata Hermanto, hanya cukup hingga pertengahan Desember. Apabila tidak ada tambahan produksi (misalnya dari panen bulan ini dan bulan berikutnya), maka rakyat Indonesia bisa kekurangan beras. “Karena masa panen tahun depan tergeser karena El Nino. Jadi memang lebih baik bersiap-siap impor. Saya rasa ini langkah bagus,” kata dia.
Pemerintah berencana melakukan impor beras jika kekeringan yang merupakan dampak El Nino terus terjadi hingga November. Musim kering yang lebih panjang dari perkiraan diprediksi akan menyulitkan upaya peningkatan produksi padi. Alhasil, stok beras nasional dikhawatirkan tidak bisa mencukupi kebutuhan.
Pada pertengahan September lalu, Bulog hanya memiliki stok beras 1,5 juta ton yang hanya cukup untuk penyaluran raskin hingga Desember 2015. Itulah sebabnya untuk memenuhi ketersediaan stok, pemerintah membuka kran impor beras.