REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia saat ini menghadapi tantangan jangka pendek seperti melemahnya ekonomi dan jatuhnya nilai tukar. Meskipun demikian, Indonesia dinilai tetap mempunyai outlook ekonomi jangka panjang yang potensial.
Indonesia memiliki fundamental kuat. Dengan didukung dengan kebijakan fiskal dan ekonomi makro yang stabil, pemerintah Indonesia dalam rancangan anggaran 2016 telah menetapkan untuk mendorong pertumbuhan. Hal tersebut dilakukan melalui peningkatan belanja infrastruktur sebesar 8 persen (dari Rp 290 triliun menjadi Rp 314 triliun) dan menciptakan peluang perdagangan dan investasi yang lebih besar dengan mendorong investasi asing langsung ke Indonesia.
Langkah untuk meningkatkan belanja infrastruktur akan meningkatkan aksesibilitas dan interkonektivitas yang lebih besar, begitu pula dengan meningkatnya pendidikan dan lapangan pekerjaan di negara yang terdiri dari 17 ribu pulau.
CEO Maybank Kim Eng Group, John Chong mengatakan bahwa berbagai proyek infrastruktur harus mendapat pembiayaan melalui pasar modal. “Pasar modal terutama pasar obligasi dan sukuk merupakan alternatif sumber dana yang efektif untuk membiayai serangkaian proyek-proyek infrastuktur yang akan dibangun di Indonesia,” ucapnya dalam siaran pers, Selasa (6/20).
Pasar obligasi rupiah akan memungkinkan project sponsors untuk mencari pendanaan jangka panjang dengan tingkat bunga tetap sehingga memberikan kepastian akan biaya pembiayaan dan sesuai dengan pendapatan rupiah yang diterima proyek terkait.