REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyedia asuransi kendaraan bermotor, Asuransi Astra, mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) untuk segera menerbitkan regulasi khusus asuransi kendaraan bagi mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Hal ini diperlukan karena faktor risikonya berbeda dengan mobil konvensional berbahan bakar fosil (internal combustion engine/ICE).
“Mobil biasa dan mobil listrik itu pasti risikonya berbeda, utamanya karena ada baterai. Baterai sendiri bisa setara dengan setengah harga mobil, dan sekarang kita tahu risiko-risiko kerusakan baterai itu juga sangat beragam,” ujar Manajer Retail Product Management Asuransi Astra, Vivi Evertina, di Tangerang, Banten, Selasa (29/7/2025).
Saat ini, sebagian besar penyedia asuransi di Indonesia, termasuk Garda Oto dari Asuransi Astra, memang telah menyediakan produk asuransi untuk mobil listrik. Namun, polis, premi, dan jenis layanannya masih disamakan dengan mobil konvensional.
Meski belum pernah menangani kasus kerusakan baterai secara langsung, Vivi menilai regulasi khusus tetap penting guna memberikan kejelasan layanan yang tepat dan menyeluruh.
Apabila terjadi kasus kebakaran atau kerusakan yang disebabkan oleh baterai, perusahaan asuransi saat ini harus berkolaborasi dengan agen pemegang merek (APM) atau pabrikan untuk menganalisis hasil investigasi kejadian. Beberapa pabrikan umumnya memberikan garansi khusus untuk baterai mobil listrik.
“Faktor risiko BEV dengan ICE pasti berbeda. Namun, kita belum punya aturannya. Harapan kami kepada regulator, kami sedang menunggu apakah nanti akan ada aturan baru,” kata Kepala PR, Marcomm, & Event Asuransi Astra, Laurentius Iwan Pranoto.