REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah berdampak hampir ke semua sektor industri, tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun hanya UMKM yang berbahan baku dari impor (misalnya kedelai dan tepung terigu) saja yang merasakan efek dari kelesuan rupiah saat ini.
"Untunglah sebagian besar UMKM kita bahan bakunya dari lokal," ujar pendiri pendiri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Centre Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Nining Sri Astuti kepada ROL, Kamis (27/8). Selain itu, UMKM di Tanah Air mampu melakukan substitusi bahan bakunya dengan bahan lokal.
Nining mengatakan pelemahan rupiah justru menguntungkan UMKM ekspor. "Karena orang asing bisa membeli produk UMKM kita dengan sangat murah sekali," kata dia.
Hal senada disampaikan Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf. "Kalau industri rumahan belum terasa dampak besarnya misalnya usaha keripik," ujarnya.
Pelemahan mata uang bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia. Pemerintah yang baik tentunya harus melakukan langkah-langkah agar bisa bertahan dari krisis ekonomi yang terjadi pada 2008.
Saat itu, kata Dede, Indonesia bisa bertahan karena kuatnya sektor UMKM. Upaya ini diharapkan bisa memberi pengalaman bagi pemerintah untuk menghadapi krisis ekonomi yang sudah di depan mata.
Dede mengatakan dunia ketenagakerjaan terbagi menjadi beberapa sektor, yaitu sektor industri kecil yang masih menggunakan bahan lokal, industri manufaktur, dan industri infrastruktur. Diantara ketiga sektor ini, industri manufaktur lah yang paling terkena dampak pelemahan rupiah mengingat bahan bakunya banyak berasal dari impor.