Rabu 05 Aug 2015 08:25 WIB

Saham Apple Terjun Bebas

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Muhammad Hafil
Logo Apple.
Foto: ANTARA
Logo Apple.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menurun pada perdagangan Selasa (4/8). Penuruna paling dalam terjadi pada saham raksasa Silicon Valley, Apple sekitar 3,2 persen di tengah fokus pemerintah untuk menaikkan suku bunga.

"The Fed akan kembali menaikkan suku bunga tahun ini, tidak jauh dari konsensus yang seharusnya," kata Kepala Strategi Pasar Wunderlich Securities, Art Hogan, dilansir dari CNBC, Rabu (5/8).

Kerugian perusahaan-perusahaan multinasional seperti Apple diprediksikan masih akan terus berlanjut. Apalagi, Presiden Direktur dan CEO the Fed Atlanta, Dennis Lockhart mengatakan bahwa ekonomi AS siap menghadapi kenaikan suku bunga September mendatang. Analis mencatat dolar AS akan kian menguat terhadap mata uang lain di dunia.

Kepala Strategi Pasar TD Ameritrade, JJ Kinahan menambahkan saham Apple memberi efek psikologis besar terhadap investor. Secara keseluruhan, ada banyak sinyal yang ditangkap investor sehingga mereka enggan mengambil risiko lebih jauh lagi.

Saham produsen iPhone ini terkoreksi tajam sejak Senin awal pekan ini. Volume saham Apple yang diperjualbelikan rata-rata mencapai 62 juta lembar, melonjak dari rata-rata 47 juta lembar saham dalam sebulan. Jatuhnya saham Apple membuat saham-saham lainnya, seperti Skyworks , Cirrus , Vishay dan Avago ikut terjun bebas.

"Ini (Apple) adalah saham yang besar. Kami belum pernah melihat dampak secepat ini sejak kejadian saham IBM pada 1982 lalu," kata Analis Senior S&P Dow Jones, Howard Silverblatt.

Silverblatt menjelaskan bahwa tanpa Apple, saham-saham sektor teknologi informasi akan turun 0,86 persen hingga 1,5 persen lebih rendah dari posisi tertingginya pada 23 Februari 2015. Apple akan menyeret saham-saham lainnya dan menyebabkan tekanan teknis. Saham Apple sedang diuji untuk tetap mempertahankan peforma positifnya di pasar di tengah dampak negatif dari ekonomi Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement