REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi Jiwasraya mencatat total premi mencapai Rp 4 triliun per Juni 2015. Total klaim yang dibayarkan mencapai Rp 3 triliun atau 75 persen dari total premi.
Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo mengatakan, total premi sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 6,4 triliun. Sedangkan total klaim yang dibayar selama tahun 2014 mencapai Rp 5,5 triliun. Sedangkan pada Juni 2014, klaim yang dibayar sebesar Rp 2 triliun.
Hary menjelaskan, premi Rp 4 triliun pada Juni 2015 sebanyak 60 persennya disumbang dari grup insurance. Menurutnya, di tengah kondisi ekonomi yang melambat, juga terjadi perlambatan di industri asuransi. Namun untuk produk tertentu seperti produk yang digaransi atau produk yang bunganya jangka pendek menjadi produk yang masih diminati.
"Klaim yang dibayarkan ini kebanyakan tebus atau premi yang produknya sudah jatuh tempo," jelasnya kepada wartawan di gedung BRI Jakarta, Senin (13/7).
Dari total premi Rp 4 triliun tersebut, asuransi mikro berkontribusi kurang dari 10 persen atau di bawah Rp 400 miliar. Menurut Hary, angka tersebut terbilang kecil dari target awal yang mencapai 20 persen. Menurutnya, kendala asuransi mikro dari sisi penetrasi yang belum rata sampai wilayah terpencil. Selain itu, untuk segmen mikro, asuransi masih dinilai bukan menjadi kebutuhan primer.
Menurutnya, dibutuhkan insentif agar penetrasi asuransi mikro meningkat. Insentif tersebut misalnya preminya digratiskan, agar masyarakat merasakan manfaatnya terlebih dahulu. Setelah merasakan manfaat, masyarakat akan membeli.
Hary mengakui adanya peningkatan pembayaran klaim dibandingkan tahun lalu. Sebab, tahun lalu fokusnya perbaikan kualitas dari underwriter. Sedangkan tahun ini juga akan lebih diketatkan penjualannya dengan memperhatikan kualitas underwriting. Misalnya untuk produk asuransi kredit mikro, atau asuransi dengan BPD serta koperasi.
Sampai dengan akhir tahun 2015, Hary memproyeksikan potensi perolehan premi mencapai Rp 9,8 triliun. Sedangkan pembayaran klaim diperkirakan mencapai Rp 5,5 triliun sampai akhir tahun. Dari klaim tersebut, lanjutnya, kontributor utama yakni dari segmen ritel sejenis saving plan.