REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah masih yakin ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dari prediksi Bank Dunia sebesar 4,7 persen. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,2 persen.
Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, melambatnya ekonomi Indonesia pada kuartal I terjadi karena pemerintah memang belum bisa melakukan apa-apa. Itu lantaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 baru disahkan pada Februari.
"Lalu dengan adanya perubahan nomenklatur dan birokrasi, APBN baru bisa diimplementasikan pada Maret. Praktis, tiga bulan awal kita memang tidak bisa berbuat banyak," kata Suahasil saat menghadiri acara Bank Dunia di Jakarta, Rabu (8/7).
Suahasil menegaskan, kondisi akan sangat berbeda pada paruh kedua ini. Pemerintah sudah bisa mengeksekusi belanja infrastruktur yang menjadi investasi pemerintah mendorong perekonomian. Sekarang, ujar dia, pemerintah tinggal melakukan percepatan penyerapan anggaran.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan berbagai stimulus untuk mendorong perekonomian dari sektor konsumsi rumah tangga. Misalnya dengan menghapus beberapa objek pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
"Dengan naiknya PTKP, harapannya dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Kemudian penghapusan PPnBM juga kan bakal menurunkan harga-harga barang," kata dia.
Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bakal lebih lambat karena belum pulihnya harga komoditas serta melemahnya ekonomi global yang dapat mempengaruhi kinerja ekspor.
Ditegaskan Suahasil, sejak awal pemerintah memang tidak menggantungkan ekspor untuk mendorong perekonomian. "Makanya, kami genjot dari sisi investasi pemerintah melalui kenaikan belanja modal dan mendorong peningkatan konsumsi," kata dia.