Rabu 27 May 2015 22:33 WIB

IKEA Trading Indonesia Produksi Furnitur Ramah Lingkungan

Rep: C37/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Country Goverment Relation Manager IKEA, Tony Mampuk saat beraudiensi kepada jajaran redaksi Republika di Kantor Republika, Jakarta, Selasa (27/5).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Country Goverment Relation Manager IKEA, Tony Mampuk saat beraudiensi kepada jajaran redaksi Republika di Kantor Republika, Jakarta, Selasa (27/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – IKEA kembali mengeluarkan produk furniture baru yang ramah lingkungan bernama Nipprig. Public Relation Responsible IKEA Trading Indonesia, Ririn Basuki menyebutkan, sebagai perusahaan yang menekankan aspek sustainability (keberlangsungan), produk ini berbahan dasar yang ramah lingkungan seperti rotan, eceng gondok, bambu, dan yang lainnya.

“Untuk produk natural fibre kita baru launching minggu lalu, namanya nipprig. Nipprig itu adalah perabotan rumah tangga yang terbuat dari bahan alami, misalnya seperti kursi sofa, kemudian kap lampu, partisi ruangan dan lain-lain,”jelas Ririn di Jakarta pada Rabu (27/5).

IKEA yang berpusat di Swedia mulai memproduksi produk furniturnya sejak tahun 1990 di Indonesia. Kategori furnitur yang diproduksi oleh IKEA yaitu children furniture, children soft toys, flat furniture, ceramic tableware, dan tekstil.

Country Government Relation Manager IKEA, Tony Mampuk menyebutkan, sebelum toko IKEA alam sutra dibuka, produk dari suplier dijual ke IKEA trading untuk kemudian disuplai secara global. Satu pabrik tidak memproduksi satu negara atau 1 toko, tapi langsung untuk 47 negara. Hal itu yang disebut global suplai chain.

“Jadi requirementnya sangat tinggi untuk suplier di Indonesia atu di negara lain untuk menyuplai,”kata Tony.

Secara nilai, IKEA Trading Indonesia mengekspor 100 juta dolar AS kurang lebih setiap tahunnya. Pada tahun 2014, IKEA Trading Indonesia memproduksi 706 jenis produk dengan peningkatan sebesar 28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk selanjutnya, IKEA Trading Indonesia menargetkan kenaikan sebanyak 10 kali lipat di tahun 2030, yaitu mengekspor sebanyak 1 miliar USD dari Indonesia ke luar negeri.

Untuk konsumen dalam negeri, IKEA memperkirakan dari sekitar 28 juta penduduk di Jabodetabek, maka spending cost pasar untuk home furnishing yaitu sebesar 2,172 miliar dolar AS pada tahun 2019. Sementara di Tangerang dengan populasi sebanyak 1,8 juta penduduk, diperkirakan spending cost untuk home furnishing yaitu sebesar 680 juta dolar AS. Sehingga peluang bisnis toko IKEA di Indonesia sangat tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement