Kamis 23 Apr 2015 10:10 WIB

Identitas Pengguna Bitcoin Ternyata Bisa Diungkap

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Satya Festiani
Bitcoin
Bitcoin

REPUBLIKA.CO.ID, LUKSEMBURG -- Bitcoin adalah uang baru masa kini yang dikenal  juga dengan sebutan uang virtual yang bisa dipertukarkan di dunia maya atau jaringan internet. Banyak transaksi bitcoin ini menggunakan anonim sehingga sulit untuk mengidentifikasinya.

Akan tetapi, sejumlah kelompok peneliti di seluruh dunia menunjukkan bahwa sesungguhnya siapa yang bertransaksi denga bitcoin ini bisa diketahui. Mereka juga bisa ditelusuri apakah melakukan transaksi bersama atau transaksi perorangan, termasuk apakah  menggunakan nama samaran atau nama sebenarnya.

Tim peneliti di University of Luxembourg misalnya, mereka bisa mengungkapkan alamat IP di belakang setiap transaksi bitcoin tersebut. Mereka hanya bermodalkan seperangkan peralatan komputer, software, dan uang 1.500 euro.

"Beberapa orang berpikir bitcoin ini akan semakin ramai digunakan dimasa depan. Jadi, saya pikir sangat penting, terutama Luksemburg untuk melihat bagaimana perkembangan bitcoin ini," kata Profesor Alex Biryukov yang memimpin riset mata uang digital di University of Luxembourg, dilansir dari Science Daily, Kamis (23/4).

Sistem bitcoin tidak dikelola pemerintah pusat, melainkan bergantung jaringan peer to peer di internet. Siapapun bisa bergabung dengan jaringan ini selama penggunanya memiliki kapasitas komputasi yang cukup untuk memproses transaksi.

Dalam jaringan ini, identitas pengguna tersembunyi di balik nama samaran kriptografi yang dapat diubah kapanpun mereka menginginkannya. Transaksi yang ditandatangani dengan nama samaran ini kemudian disiarkan ke jaringan publik untuk memverifikasi keaslian mereka dan mengalihkan bitcoin ke pemilik baru.

Dalam studi baru, para peneliti menemukan bahwa bitcoin tidak melindungi alamat IP pengguna. Hal ini bisa dihubungkan dengan transaksi si pengguna secara real time. Untuk mengetahui ini, seorang hacker hanya membutuhkan seperangkat komputer dan uang 1.500 euro per bulan untuk biaya server dan mobilisasinya. Selain itu, jaringan anonymization populer seperti 'Tor' pun bisa diblokir dengan mudah.

Ide dasar di balik temuan peneltiian ini adalah bahwa bitcoin entry nodes terhubung dengan komputer si pengguna saat melakukan transaksi. Ini membentuk identifikasi unik selama sesi transaksi dilakukan. Pola unik ini bisa dihubungkan ke alamat IP pengguna. Selain itu, hacker bisa mengetahui jumlah transaksi yang mereka lakukan selama satu sesi. Dengan metode ini, hacker bisa mengungkap sekitar 60 persen siapa yang berada di belakang transaksi tersebut.

"Analisis jaringan bitcoin ini digabungkan dengan penelitian sebelumnya. Hasilnya menunjukkan bahwa memang tingkat perlindungan anonimitas jaringan bitcoin ini cukup rendah," kata Biryukov.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement