REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Deflasi yang terjadi pada dua bulan pertama tak berlanjut. Badan Pusat Statistik melaporkan pada Maret 2015 terjadi inflasi sebesar 0,17 persen. Salah satu pemicu kenaikan harga-harga barang dan jasa adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan beras.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago menganggap angka inflasi tersebut masih dalam batas kewajaran.
"Masih normal. Kalau menyentuh 1 persen, itu yang akan sangat berpengaruh untuk inflasi tahunan nanti," kata Andrinof di Samarinda, Rabu (1/4).
Karena itu, Andrinof meyakini tingkat inflasi tahun ini tidak akan melebihi asumsi inflasi yang ditetapkan pemerintah pada Anggaran Pendatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 5 persen. Apalagi, indeks harga konsumen tahun berjalan secara kumulatif dari Januari-Maret tercatat masih deflasi sebesar 0,44 persen.
Andrinof mengatakan pemerintah akan terus berupaya menjaga tingkat inflasi. Terutama setelah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. Caranya dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan.
"Mengoptimalkan pengontrolan oleh tim pengendali inflasi daerah. Kemudian operasi-operasi pasar seperti yang sudah dilakukan.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (1/4) ini melaporkan, selama bulan Maret 2015 terjadi inflasi sebesar 0,17 persen, atau secara Year on Year (Maret 2015 terhadap Maret 2014) mencapai 6,38 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Maret) 2015 masih minus sebesar -0,44 persen.
Dalam laporan yang di sampaikan langsung oleh kepala BPS Suryamin dikatakan, bahwa dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diamati, 54 kota mengalami inflasi, dan sisanya mengalami deflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari sebesar 0,84 persen, dan terendah terjadi di Padang dan Cilacap masing-masing sebesar 0,01 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar -1,97 persen.