REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akui depresiasi rupiah saat ini memengaruhi penentuan harga BBM bulan depan. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja menjelaskan, selama bulan Maret ini pelemahan rupiah lebih berperan dibanding dengan anjloknya harga minyak dunia. Penurunan harga minyak dunia, lanjutnya, tidak begitu fluktuatif meski angkanya sangat rendah.
"Karena harga (minyak dunia) dari bulan Maret itu fluktuasinya tidak begitu menanjak," jelas Wiratmaja, Rabu (18/3).
Ditanya mengenai kemungkinan adanya kenaikan harga BBM, Wiratmaja berharap tidak akan ada kenaikan bulan depan. Namun, dia menilai pengaruh pelemahan rupiah masih menjadi salah satu parameter yang dinilai.
"Ya kita sih pengennya gak naik. Tapi kan kadang turun sedolar, setengah dolar," ujarnya.
Dia pun juga mengungkapan bahwa soal penentuan harga BBM selalu dihitung margin untuk Pertamina. Sehingga, menurutnya, Pertamina harus selalu untung.
"Kan mereka badan usaha jadi harus selalu untung. Dalam formula harga kan ada margin untuk Pertamina. Gak boleh rugi dong kan perusahaan. Tapi untungnya terkontrol, harus dibatasi," lanjutnya.