REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Penanaman modal asing perlu lebih diarahkan untuk mendukung sektor energi alternatif, khususnya yang terbarukan, kata Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Yogakarta Deendarlianto.
"Perlu diarahkan untuk mendukung eksplorasi energi alternatif dari pada hanya menyasar sektor minyak dan gas nasional," katanya di Yogyakarta, Kamis.
Ia mengatakan apabila pemodal asing terus-menerus diberikan peluang untuk mengelola sektor minyak dan gas bumi, dikhawatirkan alokasi cadangan migas untuk kebutuhan domestik justru mengalami kelangkaan.
Sebaliknya, menurut dia, dengan bantuan para pemodal asing untuk menggarap energi baru terbarukan (EBT), maka eksplorasi potensi energi alternatif di Indonesia akan lebih maksimal tanpa mengalami kelangkaan.
Menurut dia, kerja sama di bidang EBT dengan pihak asing tidak akan merugikan Indonesia, sebab potensi energi tersebut akan terus mengalami pembaruan.
Apalagi, kata dia, pada dasarnya pemerintah memang membutuhkan penguatan investasi sektor swasta untuk mencapai target produksi energi terbarukan yang mencapai 23 persen energi nasional pada 2025.
Hingga saat ini, katanya, Indonesia masih memiliki potensi energi terbarukan melimpah, di antaranya mini/micro hydro sebasar 450 Mega Watt (MW), tenaga air 75.670 MW, biomass mencapai 50 Giga watt (GW), energi surya 4,80 kWh.
Di sisi lain, persediaan minyak bumi di Indonesia semakin berkurang.
Saat ini, kata dia, sumur sumber minyak Indonesia menghasilkan rata-rata 788 kilo liter per hari, menurun daripada sebelumnya yang pernah mencapai satu juta kilo liter per hari.
"Persediaan tersebut jauh dari kebutuhan minyak nasional yang saat ini mencapai 1,4 juta kilo liter per hari," kata Deendarlianto.