REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia diyakini masih menjadi pasar yang menjanjikan meskipun bank sentral Amerika, the Fed member sinyal akan menaikkan suku bunga. Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan Saat lelang surat berharga Negara (SBN) baru-baru ini, minat investor amsih cukup tinggi, termasuk investor asing.
Menurutnya, hal ini menunjukkan Indonesia sebagai salah satu tempat yang menjanjikan untuk berinvestasi.“Kita lihat kemarin ketika ada lelang SBN minatnya tinggi sekali, jadi menunjukkan confident dunia depada Indonesia,” ujar Agus, akhir pekan lalu.
Menurutnya, pemerintah telah melakukan satu langkah yang baik dengan menerbtkan surat utang global bond. Global bond inipun direspon positif oleh pasar. Dengan adanya kebijakan penghapusan subsidi BBB dan percepatan proses perizinan, menurutnya hal ini akan semakin menambah kepercayaan pasar terhadap Indonesia.
Belakangan, rumor kenaikan bunga The Fed cukup berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah sempat berada di level sekitar Rp 12.700 per dolar AS. Menurut Agus, secara umum nilai tukar rupiah yang melemah ini disebabkan karena akumulasi sentimen negatif yang terjadi di dunia.
Masih ada pergolakan politik di Yunani yang memungkinkan negara tersebut keluar dari zona Eropa. Hal ini menyebabkan banyak dana mengalir ke Amerika sehingga mendorong penguatan dolar.
Selain itu, penurunan harga minyak dunia juga turut berdampak pada penguatan dolar sehingga mata ruang rupiah kian terjungkal. Dari dalam negeri, angka inflasi yang cukup tinggi di bulan Desember juga turut mendorong pelemahan rupiah. Pada Jumat, kurs tengah rupiah mencapai 12.640 per dolar.