REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Usai pertemuan yang diadakan pada 16-17 Desember di Washington, The Fed (Bank Sentral AS) memberikan sinyal kuat untuk menaikkan suku bunga mereka. Pernyataan The Fed ini bertolak belakang dengan janji mereka sebelumnya untuk tetap bertahan pada suku bunga mendekatil nol persen, seiring dengan menguatnya ekonomi AS.
Penguatan Dolar AS yang menyebabkan kelesuan mata uang lainnya ini diakibatkan oleh solidnya pertumbuhan domestik AS. Meski sinyal kuat untuk menaikkan suku bunga, The Fed melalui pimpinannya Janet Yellen menegaskan The Fed akan "bersabar" dalam menaikkan suku bunga.
"Bersabar artinya The Fed belum akan menaikkan suku bunga hingga beberapa pertemuan ke depan," ujar Yellen seperti dikutip Reuters.
Hal ini mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga belum terjadi hingga bulan April 2015, dimana The Fed kembali melakukan pertemuan.
Pasar saham dan imbal hasil obligasi naik karena investor memandang pergerakan lambat untuk menaikkan suku bunga The Fed. Dolar sendiri saat menguat melawan mata uang lainnya.
Setelah beberapa volatilitas awal, pasar berjangka terus menunjukkan kenaikan tingkat pada bulan September, sedangkan 13 dari 19 perusahaan besar di Wall Street yang disurvei oleh Reuters mengatakan mereka memperkirakan kenaikan pada bulan Juni, sejalan dengan hasil survey bulan November lalu.