REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi yang melemah berdampak pada penurunan angka tenaga kerja. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Agustus sebanyak 114,6 juta penduduk. Angka ini menurun sebesar 3,5 juta penduduk dibandingkan dengan orang yang bekerja pada bulan Februari.
Pengangguran terbuka pada bulan Agustus mencapai 5,94 persen. Angka ini meningkat dibandingkan bulan Februari lalu yang hanya 5,7 persen. Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2014 sebanyak 121,9 juta orang.
Peneliti Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan meningkatnya angka pengangguran terbuka ini tidak dilepaskan dari melemahnya pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan selalu ada korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja.
Pesta demokrasi yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, menurutnya hanya bersifat temporer. Menurut Latif, pada masa-masa pemilu legislatif dan pemilu presiden berdampak pada penciptaan lapangan kerja, terutama di industri konveski.
Bisa jadi, saat hajatan politik tersebut banyak menciptakan lapangan kerja baru. Sayangnya, hanya bersifat sementara saja. “Industri kaos, biasanya akan meningkatkan kapasitas, lalu mereka merekrut tenaga kerja baru, tapi hajatannya sudah selesai,” kata Latif, saat dihubungi, Rabu (5/11).
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, kata Latif dunia pendidikan perlu memberikan lebih banyak lagi motifasi agar para generasi muda mau berwirausaha sehingga mengurangi angka pengangguran. Selama setahun terakhir (Agustus 2013-Agustus 2014) kenaikan penyerapan tenaga kerja hampir di smeua sektor kecuali sektor pertanian dan sektor jasa kemasyarakatan. Kenaikan penyerapan terutama terjadi pada sektor konstruksi (930 ribu orang), sektor perdagangan (730 ribu orang) dan sektor industri (300 ribu orang).